Tifus Melanda Cirebon 1911, Saat Minuman Dingin Jadi Favorit

By Galih Pranata, Minggu, 6 November 2022 | 10:30 WIB
Kondisi pasar tradisional di Cirebon awal abad ke-20.
Kondisi pasar tradisional di Cirebon awal abad ke-20. (Wakker, H./ DLC/ Pinterest)

 Baca Juga: Karut-Marut Pagebluk Pes Pertama di Hindia Belanda

 Baca Juga: Pesjati, Takdir Balita Penyintas Pagebluk Pes di Hindia Belanda

Dari laporan tersebut, Residen Hiljee mulai melakukan investigasi ke lokasi pabrik beserta dengan pihak berwenang. Tidak hanya pabrik yang berlokasi di Mandirancan, sejumlah pabrik di Linggarjati dan Kota Cirebon juga turut diselidiki.

Maatschappij Ek Seng Hien dan N.V. tot Exploitatie van de Petodjo Ys Fabriek diinvestigasi secara mendalam. Beberapa pabrik es kecil juga ditelisik mulai dari pabrik di Talaga, Kadugede, Cilimus, Indramayu, dan beberapa yang berada di Kota Cirebon.

Sejumlah rakyat dan santri disidak dalam patroli Hindia Belanda di Cirebon. (Wakker, H./Wikimedia)

Meski sempat mendapat penyelidikan ketat, sejumlah pabrik es terbukti tidak bersalah dan pabriknya dibiarkan beroperasi. Dari hasil penyelidikan menunjukkan es batu dan minuman dingin hanya sebagai faktor pendukung tersebarnya virus, bukan menjadi hal utama penyebaran virus.

Permasalahan utama adalah faktor higienitas, di mana masyarakat di Karesidenan Cirebon hidup dalam lingkungan yang kotor dan kumuh. Ketika imunitas melemah karena pola hidup jorok, minuman dingin menjadi pendorong terserang dan tersebarnya tifus.