Firaun Tanpa Jantung, Siapa yang Tega Mencurinya dari Tutankhamun?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 8 November 2022 | 09:00 WIB
Tutankhamun ditemukan tanpa jantung. Padahal, jantung adalah organ penting bagi orang Mesir yang menentukan apakah ia layak untuk dibangkitkan setelah mati. (Wikipedia)

Nationalgeographic.co.id—Makam Tutankhamun mengungkapkan banyak anomali, dimulai dengan penemuannya pada 1922, hingga tahun-tahun penggalian berikutnya. Bahkan satu abad telah berlalu sejak makamnya dibuka, misteri tetap melingkupi mumi Tutankhamun. Salah satunya adalah jantung yang hilang. Bagi orang Mesir kuno, jantung adalah organ penting. Organ ini menentukan apakah seseorang layak untuk dibangkitkan kelak. Ditemukan tanpa jantung, siapa yang tega mencurinya dari Tutankhamun?

Mumi Tutankhamun bak bangkai yang hangus

Keanehan yang paling terkenal dari mumi Tutankhamun adalah penggunaan yang tidak normal dan berlebihan dari sejumlah besar cairan resin hitam. Resin itu dituangkan ke peti mati dan di atas tubuh firaun yang telah meninggal.

Akibatnya, mumi menjadi rusak parah oleh reaksi kimia yang disebabkan oleh minyak dan salep. “Padahal, minyak dan salep itu dimaksudkan untuk meregenerasi mayat,” ungkap Anand Balaji di laman Ancient Origins.

Selain itu, ada bukti bahwa cairan ini dua kali dituangkan ke dalam tengkorak Tutankhamun setelah otaknya diangkat. Secara keseluruhan, diperkirakan bahwa kulit mumi dan pembungkusnya dilapisi dengan 20 liter minyak pembalsaman, jumlah yang luar biasa.

Pada bulan Oktober 1925, Howard Carter mengungkapkan, “Sebagian besar detail disembunyikan oleh lapisan hitam berkilau karena dituangkan ke peti mati persembahan dalam jumlah besar.”

Setelah membuka bungkus mumi Tutankhamun, Howard Carter menggambarkan mumi itu sebagai bangkai yang hangus. (Nuță Lucian)

Setelah membuka bungkus mumi, penemu makam itu menggambarkan mumi itu sebagai bangkai yang hangus. Di berbagai tempat di makam, Carter juga menemukan paket-paket linen yang dibungkus tipis seperti jelaga dan bubuk hangus.

Fakta bahwa mumi itu tampaknya telah digantung terbalik untuk suatu periode juga sangat aneh. Sinar-X tengkorak menunjukkan bahwa salep memadat dalam tingkat yang konsisten dengan dibiarkan mengendap selama beberapa waktu. Seluruh proses pemakaman tampaknya dilakukan dengan cara yang sangat tidak biasa dan ceroboh. Tampaknya, hiruk-pikuk kehidupan Tutankhamun mengikutinya bahkan sampai ia mati.

Para sarjana, termasuk Carter, berpendapat bahwa penggunaan cairan hitam adalah bagian dari rencana yang disengaja. Tujuannya untuk menggambarkan Tutankhamun sebagai Osiris, dewa dunia bawah.

Tutankhamun mungkin ingin digambarkan sebagai Osiris, dewa Dunia Bawah

Pendapat itu didukung oleh seni yang tampak pada dinding pemakaman firaun muda itu yang menggambarkannya sebagai Osiris.

Ikonografi ini tidak ditemukan di makam lain di Lembah Para Raja. Biasanya, lukisan makam selalu menunjukkan almarhum penguasa baik yang disambut oleh Osiris di alam baka. Atau firaun digambarkan dalam tindakan memberikan persembahan kepada dewa. Namun tidak pernah digambarkan sebagai dewa itu sendiri, seperti yang ada di makam Tutankhamun.

Osiris, Anubis, dan Horus. Osiris adalah dewa maut Mesir kuno. (Jean-Pierre)

Cara lengan Tutankhamun diposisikan juga menunjukkan bahwa sang firaun meniru postur Osiris. Lengannya tidak disilangkan tinggi di dadanya seperti pada mumi kerajaan umumnya, tetapi sangat dekat pinggangnya sehingga sikunya menonjol.

Semua ini seakan ingin menyatakan kepada dewa bahwa tatanan agama kuno telah dipulihkan kembali. Mengingat bahwa Tutankhamun sendiri yang memimpin pembongkaran eksperimen keagamaan Akhenaten yang gagal.

Jantung yang hilang

Puncak dari semua misteri Tutankhamun adalah hilangnya jantung sang firaun muda. Orang Mesir kuno menganggap jantung sebagai organ vital dan sangat berharga. Mengapa? Karena mereka percaya itu adalah pusat pembelajaran, emosi―dan yang lebih penting, pikiran.

Orang Mesir adalah penganut kebangkitan. Mereka percaya tubuh manusia akan benar-benar bangkit dan pergi ke dunia berikutnya. Jadi mereka harus memiliki tubuh yang lengkap, termasuk organ dalamnya.

Ada empat peti mati emas yang dihias dengan mewah berisi organ dalam Tutankhamun. Namun, jantungnya tidak ditemukan di antara keempat peti itu. Umumnya, jantung secara terpisah dibalsam dan ditempatkan kembali di tubuh. Prosedur ini tidak dilakukan dalam pembalsaman Tutankhamun. Namun kadang-kadang artefak scarab jantung ditempatkan di dalam tubuh, tanpa adanya organ yang sebenarnya.

Faktanya, Carter menemukan makam tanpa gangguan. Dengan tutup granit yang beratnya satu ton seperempat, kecil kemungkinan jika perampok telah menembus makam. “Jadi, scarab berisi jantung juga kemungkinan tidak dicuri oleh perampok,” tambah Balaji.

Namun tubuh Tutankhamun bukannya tanpa scarab karena pada perban luar mumi, di atas tangan emas terdapat scarab resin hitam besar.

Tapi scarab ini seharusnya ditempatkan di tempat jantung berada, di dalam rongga tubuh. Scarab yang lebih kecil ditemukan di bawah pembungkus luar dan dalam posisi yang benar untuk scarab jantung. Sekali lagi, tidak di dalam tubuh.

Dalam sebuah film dokumenter berjudul Tutankhamun: The Mystery of the Burnt Mummy, Chris Naunton, Direktur Masyarakat Eksplorasi Mesir, menyelidiki mumi tersebut. Proses mumifikasi yang biasanya sempurna entah bagaimana telah gagal dalam kasus Tutankhamun.

Apa yang diungkapkan oleh penelitian Naunton sangat mengejutkan. Minyak yang digunakan pada tubuh firaun telah digabungkan dengan kain kafan dan oksigen di dalam peti mati menghasilkan pembakaran. Namun jika terbakar karena reaksi kimia, mengapa hanya jantung yang hangus tak bersisa?

Ahli Mesir Kuno Sofia Aziz berpendapat bahwa jantung tidak selalu tertinggal di mumi. Ia menyatakan bahwa jantung yang selalu ada di dekat mumi firaun adalah kesalahpahaman umum. Otak juga tidak selalu dikeluarkan. Sebuah studi lain menemukan beberapa mumi tanpa jantung atau jimat untuk menggantikan jantung. “Kami tidak benar-benar tahu apa yang dilakukan dengan otak atau jantung yang disingkirkan,” ungkap Aziz. Masih banyak yang harus dipelajari tentang mumifikasi.

Menurut Aziz, mumi Tutankhamun tidak unik karena tidak memiliki jatung. Ia berpendapat bahwa jantung seorang firaun pasti akan ditinggalkan di mumi untuk persiapan di akhirat.

Dalam upaya untuk memecahkan teka-teki ini, seseorang harus beralih ke legenda Osiris. Ada kisah di mana Set secara brutal memotong tubuh Osiris menjadi beberapa bagian. Set merobek jantungnya dan mengubur bagian-bagian tubuh di lokasi di seluruh negeri. Jadi, apakah penampilan Tutankhamun pasca-pembalsaman meniru kisah Set itu?

Jika Tutankhamun bertanggung jawab untuk memulihkan dewa-dewa lama, mungkinkah jantungnya dikuburkan di pusat kultus yang terkait dengan jantung Osiris?

   

Baca Juga: Benarkah Terompet Milik Firaun Tutankhamun Jadi Pemicu Perang Dunia?

Baca Juga: Alih-alih Penyakitan, Firaun Mesir Tutankhamun Mungkin Seorang Pejuang

Baca Juga: Bukti Kelainan Genetik Firaun Tutankhamun, Korban Perkawinan Sedarah

    

Di sisi lain, Kitab Orang mati menunjukkan tentang upacara Penimbangan Jantung. Jantung orang yang meninggal ditimbang dengan bulu kebenaran, mewakili dewi Ma'at, untuk menentukan apakah orang tersebut berhak atas kebangkitan. Tidak memiliki jantung berarti Tutankhamun tidak berkesempatan untuk bangkit kembali.

Pertanyaan yang belum terjawab seputar keanehan mumi Tutankhamun

Jadi apa jadinya Tutankhamun di akhirat jika jantungnya hilang? Jika seseorang mengikuti kepercayaan tradisional, Tutankhamun mungkin bahkan tidak berhasil mencapai bagian penting dalam perjalanannya ke Dunia Bawah.

Apakah ia menjadi korban tipu muslihat kekuatan-kekuatan imamat Amun yang berusaha untuk menolaknya hidup kekal?

Apakah seseorang dengan sengaja memutuskan bahwa firaun muda yang malang itu pantas mendapatkan nasib seperti itu setelah mati? Jika benar, ini menjadi hukuman pamungkas yang dijatuhkan pada anak yang menyedihkan itu.

Namun, sesuai dengan keinginan Mesir kuno untuk dikenang selamanya—Nebkheperure, Tutankhamun terus hidup hingga hari ini. Namanya lebih sering disebut-sebut dibandingkan dengan firaun lain yang hidup sebelum atau sesudah Tutankhamun.