Orang Romawi Dicap Gemar Mengadakan Pesta Pora nan Liar, Ini Faktanya

By Sysilia Tanhati, Selasa, 8 November 2022 | 10:00 WIB
Orang Romawi kerap dicap sebagai bangsa yang gemar mengadakan pesta pora nan liar. Namun apakah predikat yang diberikan benar-benar sesuai dengan fakta yang ada? (Pierre Olivier Joseph Coomans)

Nationalgeographic.co.id—Orang Romawi kerap dicap sebagai bangsa yang gemar mengadakan pesta pora nan liar. Namun apakah predikat yang diberikan benar-benar sesuai dengan fakta yang ada? Ada hanya sebagian orang saja suka berpesta liar?

Berlawanan dengan kepercayaan populer, tidak semua orang Romawi suka berpesta liar. Faktanya, pesta Romawi kuno cukup formal menurut standar masa kini. Biasanya, pesta orang Romawi berupa keluarga bangsawan yang berkumpul sambil mengonsumsi hidangan makanan mewah. Di pesta itu, mereka mengobrol tentang segala hal mulai dari politik hingga cuaca.

Pesta-pesta elite adalah mercusuar status dan peluang untuk memperluas jaringan. Itulah sebabnya mengapa pesta menjadi landasan dalam kehidupan Romawi sehari-hari. Berpesta di Romawi adalah hal biasa.

Selain pesta makan malam, ada festival yang penuh dengan kebejatan. Mungkin karena festival-festival liar inilah maka orang Romawi dicap sebagai bangsa yang kerap berpesta liar.

Pesta makan malam jadi ajang berjejaring

Sebagian besar kegiatan sosial dipusatkan pada makan, dan Romawi bukanlah bangsa yang menghindari tradisi. “Pesta makan malam adalah landasan kehidupan sosial Romawi,” ungkap Aaron Edwards di laman Ranker.

Pesta makan malam menjadi alasan terbaik bagi kaum bangsawan untuk berkumpul dan berjejaring. Mereka yang mengadakan pesta menikmati prestise yang lebih besar. Pesta-pesta ini dikenal dalam bahasa Latin sebagai convivium (yang berarti hidup bersama).

Pesta makan diselenggarakan oleh semua lapisan masyarakat. Namun, sebagian besar sejarah yang bertahan hanya berbicara tentang makan malam yang diselenggarakan oleh para elite.

Dalam bukunya Daily Life of the Ancient Romans, penulis David Matz mengutip Suetonius tentang kebiasaan Kaisar Augustus mengadakan pesta makan malam.

“Dia mengadakan pesta makan malam terus-menerus dan selalu secara formal, dengan memperhatikan pangkat dan kepribadian tamunya. Ia melayani makan malam dengan tiga atau enam hidangan.” Menurut Suetonius, alih-alih pemborosan, pesta diadakan demi persahabatan.

Untuk Elite, pesta makan malam jadi ajang pamer status

Makanan yang disajikan dan cara ditampilkan di pesta makan malam sangat berarti. Tujuannya adalah untuk membuat tamu cukup terkesan.

Semakin eksotis dan mahal makanannya, tuan rumah akan tampak sangat mengesankan. Tuan rumah benar-benar ingin menunjukkan kepada semua orang betapa kaya dan berbudayanya mereka. Ini dilakukan dengan menyiapkan piring-piring berisi berbagai hidangan yang dapat dipilih oleh para tamu.

Menurut The Illustrated History of the Roman Empire, hidangan daging saja mungkin terdiri dari daging sapi muda, babi guling, babi hutan, daging rusa, kelinci, kambing liar, lumba-lumba, ikan air tawar, hake, mackerel, belanak, tiram, ayam, bebek, angsa, ayam hutan, merpati bahkan burung bangau, flamingo dan burung unta.

Tidak selalu bersifat pribadi, pesta makan malam juga diadakan untuk umum

Meskipun ada banyak pesta makan malam pribadi, orang Romawi kuno juga menyelenggarakan pesta publik yang disebut epulum. Ini merupakan acara keagamaan. Epulum Jovis, misalnya, diadakan setiap tahun untuk menghormati Yupiter dan memperingati pentahbisan kuil Capitoline.

Pesta untuk umum itu dikenal juga dengan sebutan festival pesta. Hari-hari raya Romawi lainnya disertai dengan pesta-pesta yang meluas dari ruang publik ke ruang pribadi. “Makanan disediakan untuk umum,” Edward juga menambahkan. Tapi warga juga mengadakan pesta mereka sendiri di mana mereka menikmati makan dan minum.

Hari-hari raya Romawi lainnya disertai dengan pesta-pesta yang meluas dari ruang publik ke ruang pribadi. (Andrea Camassei/Wikimedia)

Gregory S. Aldrete menggambarkan adegan pesta selama festival Romawi Saturnalia dalam bukunya Daily Life in the Roman City: Rome, Pompeii and Ostia.

“Minggu diisi dengan pesta dan pesta tanpa henti. Semua toko, pengadilan, dan sekolah ditutup. Pengekangan moral yang normal dilonggarkan. Setiap orang diharapkan untuk terlibat dalam segala bentuk pesta pora dan kesenangan. Ini adalah satu-satunya waktu orang diizinkan untuk berjudi di depan umum. Sekelompok orang yang bersuka ria berlarian di jalanan sambil minum dan berteriak.”

Bagan tempat duduk sangat penting dalam pesta Romawi

Karena pesta bangsawan Romawi adalah tentang membangun hubungan dan membuat koneksi, pengaturan tempat duduk adalah kunci penting. Itulah mengapa tuan rumah menghabiskan banyak waktu mengerjakan pengaturan tempat duduk. Ini untuk memastikan peluang jaringan dimaksimalkan. Tamu yang kurang penting berada paling jauh dari tuan rumah.

Membuat bagan tempat duduk diperumit oleh fakta bahwa orang Romawi kuno tidak hanya menarik kursi ke meja, tetapi juga berbaring di sofa. Sofa mungkin muat untuk satu atau tiga orang dan diatur di sekeliling meja, tempat makanan tersebar.

Pesta besar membutuhkan beberapa meja di mana sejumlah sofa ditempatkan.

Puisi dan pertandingan gladiator jadi hiburan di pesta elite

Pesta makan malam pribadi elite Romawi kuno menampilkan lebih dari sekadar makanan mewah dan tamu bangsawan. Mereka juga menampilkan banyak hiburan dalam berbagai bentuk. Percakapan adalah dasar dari banyak pesta makan malam. Selain itu, mereka juga menampilkan pembacaan puisi, musik, drama, dan akrobat.

Makan malam yang paling mengesankan bisa berakhir dengan pertarungan gladiator yang menegangkan. Tidak jarang para pekerja seks dilibatkan untuk menghibur tamu.

Bacchanalia adalah festival cabul yang dikontrol undang-undang

Didedikasikan untuk Bacchus, dewa anggur, Bacchanalia merupakan pesta pora nan liar yang diadakan oleh orang Romawi. Dalam festival ini, ada acara minum dan pertunjukan dramatis di teater untuk dinikmati semua orang.

Festival ini menjadi sangat populer, pada kenyataannya, pemerintah Romawi akhirnya melarangnya. Undang-undang dibuat untuk mengontrol secara ketat penyelenggaraan Bacchanalia.

   

Baca Juga: Bangsa Pict, Penebar Teror di Jantung Legiun Romawi yang Perkasa

Baca Juga: Daftar Skandal Elagabalus, Kaisar Romawi yang Punya Lima Orang Istri

Baca Juga: Candaan Nyeleneh ala Jenderal dan Kaisar di Zaman Romawi Kuno

   

Bacchanalia sebagian besar berlangsung pada malam hari dan pada awalnya merupakan upacara keagamaan. Sejarawan Romawi Livy menulis,

“Untuk pertunjukan keagamaan, mereka ditambahkan kesenangan anggur dan pesta. Ini dilakukan untuk memikat pengikut. Ketika anggur, khotbah mesum, dan hubungan seks memadamkan setiap sentimen kesopanan, maka segala jenis pesta pora mulai dipraktikkan. Setiap orang mendapatkan kenikmatan."

Wanita di pesta makan malam Kaisar Caligula

Kaisar Caligula umumnya dianggap sebagai aib bagi Romawi. Sang kaisar kerap mengadakan pesta makan malam untuk pasangan yang sudah menikah. Meski tidak suka, para tamu tidak bisa menolak undangan kaisar. Selama acara, Caligula akan menculik para istri ke kamar rahasia dan memaksanya untuk melakukan kegiatan intim.

Sekembalinya dari kamar rahasia, Caligula membeberkan segala hal yang dilakukannya saat “menghilang”.

Jadi, bagi sebagian orang Romawi, pesta menjadi ajang untuk membangun koneksi. Sehingga tidak dapat dikatakan jika orang Romawi gemar berpesta pora. Meski harus diakui, ada juga yang melakukan pesta-pesta liar untuk kesenangan belaka.