Sejarah Penggunaan Tinja untuk Pengobatan Medis dari Masa ke Masa

By Utomo Priyambodo, Selasa, 8 November 2022 | 16:00 WIB
Sampel untuk transplantasi tinja. (Micropia)

Ternyata bentuk praktik ini — secara resmi dikenal sebagai Transplantasi Mikrobiota Kotoran, atau FMT — telah ada selama beberapa waktu, jadi mungkin nenek moyang kita benar-benar tahu apa yang mereka bicarakan. Menurut Yayasan Transplantasi Kotoran, prosedur ini dikenal sebagai "sup kuning" di Cina abad ke-4, dan di beberapa bagian dunia seorang bayi akan diberi beberapa tinja ibunya untuk membantu sistem kekebalan dan usus besar bayi. Bahkan telah digunakan dalam kedokteran hewan.

Sedikit lebih jauh dalam sejarah manusia, mimisan bisa diobati dengan "kotoran babi hangat," menurut Guardian. Dan di Irlandia pada tahun 1600-an, "bapak kimia" Robert Boyle mengobati katarak dengan mengeringkan kotoran manusia menjadi bubuk dan meniupkannya ke mata.

Tinja juga digunakan untuk mengobati epilepsi di Irlandia 100 tahun kemudian. Persisnya, bahan yang digunakan adalah "kotoran bayi yang dihaluskan."

Dalam beberapa tahun terakhir, selain dari kasus langka seperti wanita Tiongkok yang percaya teh kotorannya menyembuhkannya dari kanker, tinja tidak banyak digunakan dalam pengobatan selain sebagai alat diagnostik.

Di zaman modern saat ini, tinja mulai sering digunakan dalam terapi transplantasi tinja. Selama prosedur ini, tinja dari donor ditempatkan pada pasien sebagai cara untuk menambahkan bakteri usus baik yang membantu melawan infeksi.

Penerima yang perlu menjalani transplanrasi tinja biasanya memiliki penyakit pencernaan atau autoimun seperti Penyakit Crohn, Ulcerative Colitis atau Irritable Bowel Syndrome.

Ternyata bentuk praktik ini, yang secara resmi dikenal sebagai Transplantasi Mikrobiota Tinja, atau Fecal Microbiota Transplant (FMT), telah ada selama beberapa waktu. Jadi mungkin nenek moyang kita benar-benar tahu apa yang mereka bicarakan.

Menurut Fecal Transplant Foundation, prosedur ini dikenal sebagai "sup kuning" di Cina abad ke-4, dan di beberapa bagian dunia seorang bayi akan diberi beberapa tinja ibunya untuk membantu sistem kekebalan dan usus besar bayi. Bahkan prosedur ini kini telah digunakan dalam kedokteran hewan.

Lebih jauh lagi, prosedur transplantasi tinja ini digadang-gadang bakal menjadi penyelamat ketika makin banyak bakteri jahat berubah kebal terhadap antibiotik atau superbug. Orang yang terinfeksi superbug ini mungkin bakal butuh transplantasi tinja yang mengandung banyak bakteri baik untuk berperang melawan superbug jahat tersebut.

Jadi, jangan pernah sekali-kali meremehkan tinja.