Nationalgeographic.co.id—Tinja mungkin terlihat menjijikkan, tetapi ini telah menjadi salah satu zat yang paling tersedia dalam sejarah kehidupan di bumi. Jadi mengapa tidak menggunakannya untuk tujuan pengobatan?
Percaya atau tidak, manusia telah menggunakan tinja dalam pengobatan kesehatan sejak zaman kuno, dan bahkan kita masih menggunakannya sampai sekarang. Terlepas dari kecenderungan tinja untuk menyebarkan penyakit, zat hasil ekskresi ini memang memiliki beberapa manfaat.
Dengan kemajuan luar biasa dalam bidang kedokteran, terutama selama seratus tahun terakhir, tinja telah berubah dari obat yang diyakini bisa menyebuhkan semua penyakit di zaman kuno menjadi meterial pengobatan yang ditargetkan di zaman modern ini.
History mencantumkan tinja manusia dan hewan sebagai favorit para dokter Mesir kuno untuk penyakit dan cedera, dan itu tidak selalu berarti buruk. “Kotoran keledai, anjing, rusa, dan lalat semuanya terkenal karena khasiat penyembuhannya dan kemampuannya untuk mengusir roh jahat," tulis web tersebut sebagaimana dikutip Medical Daily.
Meski obat-obatan menjijikkan ini kadang-kadang menyebabkan tetanus dan infeksi lainnya, bahan menjijikkan ini mungkin tidak sepenuhnya tidak efektif. Sebab, sebuah penelitian menunjukkan mikroflora yang ditemukan di beberapa jenis kotoran hewan mengandung zat antibiotik.
BBC juga mencatat bahwa orang-orang Mesir kuno menggunakan kotoran buaya sebagai bentuk kontrasepsi, di antara berbagai bahan yang mereka coba.
Sedikit lebih jauh dalam sejarah manusia, mimisan bisa diobati dengan "kotoran babi hangat," menurut Guardian. Dan pada tahun 1600-an Irlandia, "bapak kimia" Robert Boyle mengobati katarak dengan mengeringkan kotoran manusia menjadi bubuk dan meniupkannya ke mata. Ada juga kotoran yang digunakan untuk mengobati epilepsi di negara yang sama 100 tahun kemudian - atau lebih khusus "kotoran bayi dihaluskan."
Baca Juga: Hasil Analisis Tinja Orang Eropa Zaman Besi Ungkap Selera Makan Mereka
Baca Juga: Efek Transplantasi Tinja pada Pasien COVID-19 Akan Diuji Klinis
Baca Juga: Lewat Tinja, Ahli Singkap Perubahan Hidup Bangsa Maya di Masa Lalu
Dalam beberapa tahun terakhir, selain dari kasus langka seperti wanita China yang percaya teh kotorannya menyembuhkannya dari kanker, tinja tidak banyak digunakan dalam pengobatan selain sebagai alat diagnostik.
Selama prosedur ini, tinja dari donor ditempatkan pada pasien sebagai cara untuk menambahkan bakteri usus baik yang membantu melawan infeksi. Penerima mungkin memiliki penyakit pencernaan atau autoimun seperti Penyakit Crohn, Ulcerative Colitis atau Irritable Bowel Syndrome.