Sisir Gading Bertuliskan Keinginan Orang Kanaan untuk Membasmi Kutu

By Ricky Jenihansen, Sabtu, 12 November 2022 | 11:00 WIB
Sisir gading berusia 3.700 tahun bertuliskan, “Semoga gading ini membasmi kutu rambut dan janggut. (Menahem Kahana/AFP)

Nationalgeographic.co.id — Para arkeolog melaporkan telah menemukan sisir gading kecil berusia lebih dari 3.700 tahun. Sisis tersebut bertuliskan keinginan orang-orang Kanaan untuk membasmi kutu.

Penemuan tersebut telah dijelaskan dalam sebuah makalah di Jerusalem Journal of Archaeology. Jurnal akses terbuka tersebut bisa didapatkan secara daring dengan judul "A Canaanite’s Wish to Eradicate Lice on an Inscribed Ivory Comb from Lachish."

"Sebuah prasasti dalam aksara Kanaan awal dari Lakhis, diukir pada sisir gading, disajikan. 17 huruf, dalam gaya piktografik awal, membentuk tujuh kata yang mengungkapkan permohonan melawan kutu," tulis peneliti.

Para arkeolog menemukan sisir gading kecil tersebut di Tel Lachish, sebuah negara kota utama Kanaan pada milenium ke-2 SM. Tel Lachish adalah kota terpenting kedua di Kerajaan Yudea setelah Yerusalem pada Zaman Besi, dan sebuah kota besar di era Persia dan Helenistik Awal.

Pada sisir gading tersebut terdapat prasasti dalam aksara Kanaan awal. Tulisan di sisir tersebut mengungkapkan keinginan bahwa sisir akan membasmi kutu dari rambut dan janggut pemilik sisir.

Sisir gading bertulis dari Tel Lachish relatif kecil, berukuran kira-kira 3,5 kali 2,5 cm (1,4 kali 1 inci). Sisir memiliki gigi di kedua sisinya. Meskipun dasarnya masih terlihat, gigi itu sendiri sudah patah pada zaman kuno.

Situs arkeologi Tel Lachish tempat kota Kanaan pernah berdiri, sekitar 25 mil barat daya Yerusalem. (Menahem Kahana/AFP)

"Bagian tengah sisir agak terkikis, mungkin karena tekanan jari yang memegang sisir selama perawatan rambut atau menghilangkan kutu dari kepala atau janggut," kata Profesor Yosef Garfinkel dari Hebrew University of Jerusalem dan rekannya.

"Sisi-sisir dengan enam gigi tebal digunakan untuk mengurai simpul di rambut, sedangkan sisi lain, dengan 14 gigi halus, digunakan untuk menghilangkan kutu dan telurnya, seperti sisir kutu dua sisi yang dijual saat ini di toko-toko.”

Prasasti atau tulisan kuno pada sisir berisi 17 huruf kecil dengan lebar bervariasi dari 1 hingga 3 mm, terukir pada permukaan artefak yang tidak sepenuhnya mulus.

Sisir gading berusia 3.700 tahun dari Tel Lachish. (Dafna Gazit)

Sebagian besar huruf bertahan sampai taraf tertentu, kecuali huruf ke 13, yang rusak total, dan huruf ke 14, yang hanya tersisa beberapa bagian.

Huruf-huruf itu membentuk tujuh kata yang untuk pertama kalinya memberi kita kalimat lengkap yang dapat diandalkan dalam dialek Kanaan, yang ditulis dalam aksara Kanaan.

Prasasti yang berisi 7 kata dalam aksara Kanaan itu berbunyi: 'Semoga gading ini membasmi kutu rambut dan janggut.'

"Ini adalah kalimat pertama yang pernah ditemukan dalam bahasa Kanaan," kata Profesor Garfinkel.

“Ada orang Kanaan di Ugarit di Suriah, tetapi mereka menulis dalam tulisan yang berbeda, bukan alfabet yang digunakan sampai hari ini.”

  

Baca Juga: Dunia Hewan: Air Liur Kutu Dapat Melemahkan Respons Kekebalan Kulit

Baca Juga: Dunia Hewan: Nenek Moyang Kutu Manusia Berasal dari Afrotheria

Baca Juga: DNA Manusia Diekstraksi dari Telur Kutu Pada Mumi di Amerika Selatan

   

"Kota-kota Kanaan disebutkan dalam dokumen Mesir, surat-surat Amarna yang ditulis dalam bahasa Akkadia, dan dalam Alkitab Ibrani."

"Prasasti sisir adalah bukti langsung penggunaan alfabet dalam kegiatan sehari-hari sekitar 3.700 tahun yang lalu. Ini adalah tonggak sejarah kemampuan manusia untuk menulis."

Para peneliti juga menganalisis sisir untuk keberadaan sisa-sisa kutu purba di bawah mikroskop.

"Sisa kutu kepala berukuran 0,5-0,6 mm ditemukan di gigi kedua," kata mereka.

"Kondisi iklim Tel Lachish, bagaimanapun, tidak memungkinkan pelestarian seluruh kutu kepala tetapi hanya membran kitin luar kutu kepala tahap nimfa pertama atau kedua."

Menurut mereka, meskipun ukurannya kecil, prasasti pada sisir dari Lachish memiliki fitur yang sangat istimewa. "Beberapa di antaranya unik dan mengisi celah dan kekosongan dalam pengetahuan kita tentang banyak aspek budaya Kanaan di Zaman Perunggu," kata peneliti.