Lebih buruk lagi, Decius mengatur pasukannya dalam formasi pertempuran yang khas yang sudah diketahui Cniva.
Akhir yang tragis
Gallus juga dituduh pengecut karena dia menegosiasikan perjanjian dengan Goth alih-alih terus berjuang. Selain mengizinkan Cniva dan anak buahnya untuk menyimpan barang rampasan yang telah mereka jarah, Gallus setuju untuk membayar upeti tahunan kepada mereka.
Kenyataannya, kekacauan yang dialami orang-orang Romawi membuat Gallus tidak punya banyak pilihan selain menyerah pada tuntutan Goth dalam jangka pendek. Meskipun perjanjian ditandatangani pada tahun 251, suku-suku barbar terus menyerang Moesia Bawah.
Baca Juga: Daftar Skandal Elagabalus, Kaisar Romawi yang Punya Lima Orang Istri
Baca Juga: Fakta-fakta Menyesatkan tentang Romawi Kuno Versi Budaya Populer
Baca Juga: Fakta Commudus, Kaisar Romawi yang Menganggap Dirinya Titisan Hercules
Seperti setiap kaisar lainnya dalam krisis abad ketiga, Gallus berada di bawah kekuasaan militer. Mereka mulai kehilangan kepercayaan pada pemimpinnya itu. Setelah Aemilianus mengalahkan penjajah pada tahun 253, dia dinyatakan sebagai kaisar. Kaisar baru itu berbaris ke Italia untuk mempertaruhkan klaimnya atas takhta.
Setelah menderita kekalahan dalam pertempuran, Gallus dibunuh oleh pasukannya sendiri pada Agustus 253. Goth terus menjadi masalah sampai Kaisar Aurelian mengalahkan mereka secara meyakinkan pada 271. Pertempuran itu menewaskan raja Goth Cannobaudes.
Mengingat fakta bahwa Decius merupakan komandan yang cakap, sulit untuk memahami mengapa ia mengikuti orang-orang Goth ke rawa. Padahal, akan lebih bijaksana untuk tetap berada di medan yang lebih datar. Mungkin dia sadar akan pentingnya militer dalam peran kaisar dan menginginkan kemenangan yang menentukan untuk memperkuat pemerintahannya.
Apapun alasannya, itu bisa dibilang kekalahan terburuk yang diderita Romawi sejak pertempuran Hutan Teutoburg pada 9 Masehi. Kematian kedua kaisar itu menjadi tanda lain bahwa Kekaisaran Romawi sedang mengalami kemunduran.