Hetaira, Pelacur Kelas Atas yang Berpendidikan di Zaman Yunani Kuno

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 19 November 2022 | 11:09 WIB
Selain pelacur yang berada di rumah bordil, bangsa Yunani kuno memiliki pelacur wanita berpendidikan. Mereka adalah hetaira, pelacur kelas atas di zaman Yunani kuno. (Michel Corneille the Younger)

Tentu saja, selain semua ini, para hetaira hadir untuk menawarkan kenikmatan seksual kepada para tamu.

 Baca Juga: Lupanare: Rahasia Prostitusi dan Rumah Bordil di Pompeii Kuno

 Baca Juga: Inilah Theodora, Pelacur yang Menjadi Permaisuri Hebat di Bizantium 

Bukti hetaira adalah budak untuk digunakan sesuai keinginan siapa pun dapat dilihat dalam adegan tembikar yang dilukis. Lukisan menunjukkan mereka telanjang dan melakukan segala macam akrobat seksual dengan satu atau beberapa klien dan satu sama lain.

Selain itu, beberapa adegan menunjukkan mereka menderita akibat penyerangan fisik dan pelecehan seksual.

Meski mereka disebut-sebut sebagai pelacur kelas atas, mereka tidak mendapatkan rasa hormat dari pria.

Thais, hetaira yang turut membakar Persepolis

Diketahui bahwa hetaira sering menjalin hubungan yang langgeng dengan pria yang sudah menikah. Mereka tidak hanya melakukan ‘hubungan satu malam’ saja.

Beberapa akan diberikan uang dan hadiah untuk tetap menjadi pasangan seksual eksklusif seorang pria. Beberapa hetaira bahkan diberi rumah sendiri atau menerima dedikasi seperti monumen publik yang didirikan untuk menghormati mereka. Seperti monumen di situs keagamaan terkenal seperti Delphi.

Thais, seorang pelacur kelas atas dari Athena dipercaya turut memengaruhi Aleksander dan membakar Persepolis. (Joshua Reynolds)

Dari sini, kita dapat membayangkan bahwa beberapa hetaira terkenal di zamannya. Salah satunya adalah Thais. Beberapa sumber menyebutkan jika ia adalah hetaira yang mendampingi Ptolemy. Lainnya menuliskan bahwa Thais sering terlihat berada di dekat Aleksander Agung.

Dalam catatannya, sejarawan kuno Plutarch menyebutkan bahwa Thais turut mendorong Aleksander Agung untuk membakar Persepolis.

Meski mereka dipandang lebih berbudaya, tampaknya itu tidak memengaruhi bagaimana pria memperlakukan mereka di zaman Yunani kuno. Tidak jarang hetaira mendapatkan perlakukan kasar dan cemoohan karena profesinya.