Tugas Berat Wanita-wanita Menyiapkan Amunisi untuk Perang Dunia I

By Galih Pranata, Minggu, 20 November 2022 | 12:00 WIB
Dua pekerja amunisi wanita berdiri di samping selongsong yang diproduksi di National Shell Filling Factory №6, Chillwell, Nottinghamshire selama Perang Dunia Pertama. (Imperial War Museum)

 Baca Juga: Virginia Hall, Mata-mata Perempuan Paling Berbahaya di Perang Dunia II

 Baca Juga: Para Mata-Mata yang Membocorkan Rahasia Bom Atom Ke Uni Soviet 

Para wanita yang bekerja di pabrik-pabrik perang ini dibujuk untuk tetap bekerja dengan gaji yang tinggi, dua kali lipat dari apa yang diterima pria biasa dengan pekerjaan yang sama-sama mematikannya.

Saat perang berkembang, permintaan menjadi semakin tinggi dengan artileri menjadi salah satu senjata utama yang digunakan dalam perang parit. Gadis-gadis ini akhirnya bekerja lebih dari 14 jam sehari.

"Hingga pada tahun 1917, permintaan begitu tinggi sehingga pabrik-pabrik perang bahkan mempekerjakan gadis berusia 14 tahun untuk memproduksi amunisi," terusnya.

Semua ini berarti lebih banyak paparan terhadap TNT. Setelah perang, banyak bayi yang baru lahir dilaporkan lahir dengan pigmen kulit oranye, menunjukkan betapa beracunnya zat tersebut.

Pada usia senjanya, Canary Girl mengeluhkan masalah kesehatan yang telah didiagnosis berasal dari zat beracun yang telah mereka gunakan selama empat tahun. Namun, ada masalah yang lebih besar.

Poster iklan rekrutmen untuk bekerja di pabrik amunisi selama Perang Dunia I sejak 1917. (Imperial War Museum)

Terjadi insiden besar di Pabrik Pengisian amunisi Nasional №6, dekat Chilwell, beberapa bahan peledak meledak, menyebabkan kematian 130 wanita. Dikatakan bahwa selama Perang Dunia I, dua wanita meninggal setiap minggu di pabrik perang karena kecelakaan kerja atau keracunan bahan kimia. 

Para wanita ini terbelenggu oleh pemikiran suami mereka yang mengandalkan amunisi dan senjata yang mereka hasilkan. Terlepas dari kondisi kerja yang memprihatinkan, mereka harus tetap bekerja jika ingin suami dan anak laki-laki mereka pulang secepat mungkin.