Merasa Tidak Dihargai Bisa Picu Seseorang untuk Melakukan Pembunuhan?

By Gita Laras Widyaningrum, Selasa, 8 Mei 2018 | 19:00 WIB
Ilustrasi pembunuhan . (Zika Zakiya)

Para pembunuhnya adalah pria muda yang menjadi marah setelah dipermalukan dan merasa diremehkan di depan teman-temannya.

Psikolog asal Prancis, Jacques Lacan, mengemukakan penjelasan yang serupa. Ia mengatakan bahwa sebagian besar tindakan agresi merupakan hasil dari ancaman terhadap identitas kita.

Saat masih anak-anak, kita adalah kumpulan keinginan yang berbeda dan tidak terkendali. Namun, saat dewasa, kita adalah suatu kesatuan, membentuk identitas yang koheren.

Ketika seseorang menyinggung atau menghina kita, itu membuat identitas sedikit terfragmentasi. Kita bereaksi dengan menyerang, sebagai cara untuk menegaskan kembali kekuatan dan identitas kita.

Bahaya dari perasaan diremehkan

Steve Taylor Ph.D, psikolog dari Leeds Beckett University, mengatakan, kita pasti akan merasa diremehkan apabila tidak mendapat rasa hormat sesuai yang diharapkan.

“Pikirkan bagaimana perasaan Anda ketika teman terdekat melupakan hari ulang tahun Anda, atau ketika tidak diundang ke sebuah acara. Juga bagaimana tersinggungnya Anda ketika seseorang yang baru dibantu, pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih,” paparnya, dilansir dari Psychology Today.

Baca juga: Dapatkah Robot Menjadi Konselor? Studi Awal Tunjukkan Hasil Positif

Para psikolog menyebut rasa diremehkan tersebut dengan ‘cedera narsis’ – mereka melukai ego dan membuat kita merasa tidak dihargai.

Menurut Steve, pada dasarnya, semua bentuk pengabaian memang berujung pada perasaan ‘dibuang’. Meskipun tampaknya sepele, namun itu memiliki konsekuensi berbahaya.

“Perasaan diremehkan bermain-main di otak kita, sampai rasa sakit dan penghinaan menggerogoti dari dalam. Efeknya bisa mengarahkan untuk melawan dan membalas perlakuan seseorang yang sudah merusak harga diri kita,” kata pengarang buku The Calm Center and Back to Sanity: Healing the Madness of the Human Mind ini.