Mengapa Penemuan Makam Cleopatra Bakal Mengubah Narasi Sejarah Kuno?

By Utomo Priyambodo, Sabtu, 26 November 2022 | 09:00 WIB
Ilustrasi Ratu Cleopatra. (MaxPixel's contributors)

Nationalgeographic.co.id—Para ahli sejarah Mesir yang merayakan seratus tahun penemuan makam Tutankhamun, kini memiliki objek arkeologis baru yang menjanjikan yang tampaknya bakal jadi penemuan besar baru di Mesir. Para ekskavator telah menemukan sebuah terowongan di bawah kuil Taposiris Magna, di sebelah barat kota kuno Alexandria, yang diperkirakan mengarah ke makam Ratu Cleopatra.

Bukti bahwa ini benar-benar mengarah pada penemuan makam Cleopatra masihlah harus dilihat. Namun, penemuan semacam itu akan menjadi penemuan besar, dengan potensi untuk menulis ulang apa yang kita ketahui tentang ratu paling terkenal di Mesir.

Menurut Plutarch, penulis Yunani kuno yang menulis biografi suami Cleopatra, jenderal Romawi Mark Antony, pada hari Augustus dan pasukan Romawinya menginvasi Mesir dan merebut Alexandria, Antony jatuh di atas pedangnya, mati di pelukan Cleopatra, dan kemudian dimakamkan di mausoleum. Dua minggu kemudian, Cleopatra pergi ke mausoleum untuk memberikan persembahan dan menuangkan persembahan, dan mengambil nyawanya sendiri dengan cara yang masih belum diketahui (kesalahpahaman yang populer adalah bahwa dia digigit ular berbisa). Cleopatra kemudian juga dikebumikan di mausoleum.

Pada hari-hari berikutnya, putra Antony, Marcus Antonius Antyllus, dan putra Cleopatra, Ptolemy XV Caesar (juga dikenal sebagai Caesarion, "Caesar Kecil"), keduanya dibunuh oleh pasukan Romawi, dan kedua pemuda itu mungkin juga dimakamkan di sana.

Jika makam Cleopatra belum menghilang di bawah ombak Mediterania bersama dengan sebagian besar kota Helenistik Alexandria, dan suatu hari ditemukan, itu akan menjadi penemuan besar arkeologi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Mark Antony, Jendral Romawi Kuno dan Romansa Tragis bersama Cleopatra

Baca Juga: Fakta Cleopatra, Anak Hasil Perkawinan Sedarah Hingga Kematian Tragis

Baca Juga: Bak Benang Kusut, Teka-teki Kematian Cleopatra yang Belum Terpecahkan 

Jane Draycott, Dosen Sejarah Klasik dari University of Glasgow, menyatakan makam Cleopatra dan keluarganya bakal menjadi sebuah penemuan yang bisa menulis ulang sejarah kuno.

"Meski makam banyak penguasa sejarah terkenal masih berdiri—makam Augustus, musuh bebuyutan Antony dan Cleopatra, di Roma, adalah salah satu contohnya—isinya sering dijarah dan hilang berabad-abad yang lalu," tulis Draycott dalam sebuah artikel di The Conversation.

Satu pengecualian penting adalah makam Philip II dari Makedonia, ayah dari Alexander Agung, yang ditemukan di Vergina pada akhir tahun 1970-an. Makam itu ditemukan utuh, dan ini telah memungkinkan penyelidikan ilmiah selama beberapa dekade ke dalam isinya, memajukan pengetahuan kita tentang para anggota keluarga kerajaan Makedonia dan istana mereka.

"Hal yang sama akan terjadi jika makam Cleopatra ditemukan, dan ternyata masih utuh," tegas Draycott.

"Jumlah informasi baru yang dapat dikumpulkan oleh para ahli Mesir Kuno, klasik, sejarawan kuno, dan arkeolog dari isinya akan sangat banyak. Sebagian besar, pengetahuan kita tentang Cleopatra dan pemerintahannya berasal dari sumber sastra Yunani dan Romawi kuno, yang ditulis setelah kematiannya dan secara inheren memusuhi ratu Mesir tersebut."

Menurut Draycott, selama ini kita tidak memiliki banyak bukti yang mengungkap perspektif Mesir tentang Cleopatra. "Yang kita miliki, seperti relief kehormatan di kuil-kuil yang dibangunnya dan persembahan yang dipersembahkan oleh rakyatnya, memberi kita pandangan yang sangat berbeda tentangnya."

Sampai saat ini, tidak ada makam penguasa Ptolemeus lain yang ditemukan. Mereka dilaporkan semuanya terletak di kawasan istana Alexandria dan diyakini berada di bawah laut bersama bagian kota lainnya.

Arsitektur dan isi material dari makam itu sendiri akan membuat para sejarawan sibuk selama beberapa dekade, dan memberikan informasi yang belum pernah ada sebelumnya tentang kultus kerajaan Ptolemeus dan perpaduan budaya Makedonia dan Mesir. Akan tetapi jika jenazah Cleopatra juga ada di sana, para sejarawan dapat memberi tahu kita lebih banyak lagi, termasuk penyebab kematiannya, penampilan fisiknya, dan bahkan menjawab pertanyaan pelik tentang rasnya.

Namun haruskah kita berharap menemukan sisa-sisa tubuh Cleopatra, dan menganalisisnya? Dari Tutankhamun hingga orang Mesir kuno biasa yang mumi-muminya telah digali selama berabad-abad, ada sejarah panjang salah urus dan perlakuan buruk. Selain itu, apakah adil untuk mengganggu kedamaian sang ratu dalam kematiannya hanya demi mengungkap sejarah kehidupannya?