Nestapa Pria Miskin di Tiongkok Kuno, Dikebiri demi Jadi Kasim

By Galih Pranata, Sabtu, 26 November 2022 | 11:00 WIB
Lukisan yang menggambarkan kaisar Qianlong bersama para kasim, tengah memperhatikan merak yang membentangkan ekornya. (Norman A. Kutcher/Eunuch and Emperor in the Great Age of Qing Rule)

Lantas, mengapa orang-orang miskin ini rela dikebiri atau mengebiri diri mereka sendiri demi menjadi kasim?

Praktik kasim dimulai di Sumeria di abad ke-21 SM, berlanjut hingga zaman Tiongkok dan Romawi. Kasim menjadi berkuasa dan terkenal berkat aksesnya. (Tang-era tomb artist - Paludan, Ann)

Jawabannya adalah karena nilai prestise dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa mereka dapatkan. "Tugas mereka (sebagai kasim) membuat mereka berhubungan dekat dengan kaisar," tulis Wu Ming Ren.

Ia menulisnya kepada Ancient Origins dalam sebuah artikel berjudul "The Fascinating Life of a Chinese Eunuch in the Forbidden City" yang diperbaharui pada 5 Agustus 2020.

Banyak keuntungan yang diperoleh jika menjadi pelayan istana. Seorang kasim memiliki potensi untuk memberikan pengaruh yang cukup besar pada kaisar, hingga mengumpulkan kekuatan politik yang sangat besar.

Sudah menjadi rahasia umum, seorang melarat yang hidupnya dirundung kesulitan, ketika mereka mendapatkan kesempatan menjadi kasim, bukan tidak mungkin ia akan mengalami peningkatan derajat sosial maupun taraf ekonominya.

Inilah mengapa kebanyakan mengalami depresi kemudian, jika mereka gagal menjadi kasim. Banyak dari orang-orang ini akhirnya mengemis di jalanan, "mengebiri diri mereka sendiri tanpa alasan—kemungkinan juga karena depresi," pungkasnya.