Orang-orang Eropa mengenalnya dengan sebutan "penyiksaan Tiongkok", tujuan dari lingchi sebenarnya bukanlah untuk menimbulkan penderitaan yang tidak manusiawi, melainkan eksekusi mati.
Sayatan yang dilakukan kepada terhukum tidak berjumlah seribu, tetapi hanya beberapa belas hingga puluhan saja. Sebelumnya ditawarkan juga opium dalam jumlah besar kepada tahanan untuk membuatnya setengah sadar hingga tidak begitu menderita.
Dalam konteks eksekusi Fu Zhuli, ia telah diilindungi oleh kekuatan narkotik dan analgesik magis poppy, sehingga ia menjadi mati rasa dari penderitaan. Sebelum algojo melakukan pemotongan pertama, Fu Zhuli sudah tidak lagi bernyawa.
Fu Zhuli bahkan terlihat menjadi tumpukan daging yang meringkung dan siap untuk dipotong-potong. "Fu Zhuli dibius dan diikat ke tiang, seperti mayat di atas meja di teater anatomi: tontonan didaktik," pungkasnya.
Segera setelah eksekusi Fu Zhuli yang diabadikan dan diedarkan di Eropa berkat sebuah buku karya Louis Carpeaux yang mulai mengecam hukuman brutal. Belum lagi buku The Tears of Eros (1989) karya George Bataille yang turut menyebar luaskan momen ini.
Momen eksekusi kejam terhadap Fu Zhuli yang dipotret oleh orang-orang Eropa dan dipublikasikan ke dalam sebuah buku, menarik perhatian dunia. Dari sini, hukuman pidana Tiongkok direvisi dan pihak Tiongkok menghapuskan lingchi setelah eksekusi Fu Zhuli.