Tidak Harus Berpatok 8 Gelas Sehari, Kebutuhan Air Kita Beda-beda

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Senin, 28 November 2022 | 18:00 WIB
Setiap kondisi fisik dan lingkungan membuat kita punya takaran berbeda-beda akan kebutuhan air putih. Tidak selalu kita harus berpatok dengan 8 gelas sehari. (Hyrma)

Nationalgeographic.co.id—Idealnya, setiap harinya kita perlu minum air putih delapan gelas setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan harian tubuh. Mengonsumsi delapan gelas air putih bermanfaat untuk memelihara fungsi ginjal, menghindari dehidrasi, menjaga kesegaran kulit, mengontrol kalori, memperlancar pencernaan, dan mengurangi risiko kanker kandung kemih.

Namun, sebuah penelitian terbaru justru mengatakan bahwa anjuran delapan gelas sebagai asupan ideal, tidak didukung secara ilmiah.

"Ilmu pengetahuan tidak pernah mendukung anjuran lama delapan gelas sebagai pedoman yang tepat, jika hanya karena hal itu mengacaukan pergantian air keseluruhan dengan air dari minuman," kata Dale Schoeller, profesor ilmu gizi emeritus di University of Wisconsin-Madison.

"Dan [sebenarnya] ada banyak cairan [di tubuh] Anda berasal dari makanan yang Anda makan."

Schoeller terlibat dalam penelitian terbaru itu yang dipubilikasikan di jurnal Science, Kamis 24 November 2022. Makalah itu berjudul Variation in human water turnover associated with environmental and lifestyle factors dengan 90 peneliti yang dipimpin Yosuke Yamada, mantan peneliti pascadoktoral University of Wisconsin-Madison.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa sebenarnya setiap harinya, setiap orang mengonsumsi dan mengeluarkan cairan dengan takaran berbeda-beda. Takaran itu termasuk pergantian air masuk dan keluar tubuh. Meski demikian, studi ini bukan berarti masuk sebagai pedoman baru tentang konsumsi air.

"Tapi pekerjaan ini adalah yang terbaik dari yang kami lakukan sejauh ini untuk mengukur berapa banyak cairan yang sebenarnya dikonsumsi orang tiap harinya--pergantian air masuk dan keluar tubuh--dan faktor utama yang mendorong pergantian air," lanjut Schoeller, dikutip dari Eurekalert.

Hasil dari penelitian ini meningkatkan kemampuan, bagaimana semestinya memprediksi kebutuhan air untuk masa depan yang lebih spesifik dan akurat. Belum lagi, beberapa negara mungkin telah mengalami krisis air bersih.

“Menentukan berapa banyak air yang dikonsumsi manusia semakin penting karena pertumbuhan populasi dan meningkatnya perubahan iklim,” kata Yamada. “Karena pergantian air berhubungan dengan indikator kesehatan penting lainnya, seperti aktivitas fisik dan persen lemak tubuh, ini berpotensi sebagai biomarker untuk kesehatan metabolisme."

Para peneliti telah mengukur pergantian cairan dari sekitar 5.600 orang dari 26 negara. Semua sampel itu beragam dari rentang usia delapan hari hingga 96 tahun. Secara individual, para relawan memiliki metabolisme cairan yang beragam, bahkan ada yang sebanyak 10 liter sehari. Rata-rata keseluruhannya, sebesar satu liter sehari dan enam liter sehari.

Studi baru ini lebih objektif dalam mengukur pergantian cairan. Sebelumnya, studi seperti ini sebagian besar bergantung pada sukarelawan untuk mengingat dan melaporkan sendiri konsumsi air dan makanan mereka, atau pengamatan terfokus. Penelitian seperti itu bisa dipertanyakan untuk mewakili populasi banyak orang.

Baca Juga: Lima Minuman Sehat yang Cocok Dikonsumsi Saat Memulai Hari

Baca Juga: Aktor Bela Diri Bruce Lee Meninggal karena Minum Air Terlalu Banyak?

Baca Juga: Ilmuwan Selidiki Meteorit Kuno untuk Mengungkap Asal-usul Air di Bumi

Baca Juga: Singkap Cara Jamur Ini Menghilangkan Racun Merkuri dari Tanah dan Air

Sedangkan penelitian ini mengukur waktu yang dibutuhkan cairan untuk bergerak dalam tubuh relawan dengan mengikuti pergantian "air berlabel". Para peneliti memantau air minum yang dikonsumsi, dan melacak isotop hidrogen dan oksigen di dalam tubuh mereka. Para peneliti juga menambahkan ukuran situasi suatu negara yang menggabungkan faktor harapan hidup, pendidikan, dan ekonomi dari data Indeks Pembangunan Manusia (HDI).

Mereka melaporkan, volume pergantian cairan memuncak untuk pria selama usia 20-an, sementara perempuan di usia 20 hingga 55 tahun. Sedangkan bayi yang baru lahir, dapat mengubah proporsi pergantian cairan setiap harinya, sekitar 28 persen dalam tubuh.

Tidak hanya jenis kelamin dan usia, hal yang menyebabkan perbedaan pergantian cairan bisa disebabkan tingkat aktivitas fisik dan status atletik. Dalam penelitiannya, jenis laki-laki non atlet dengan aktivitas fisik normal berusia 20 tahun, dengan berat 70 kilogram, disandingkan sebagai salah satu data.

Profil itu disandingkan dengan kondisinya tinggal di permukaan laut di negara berkembang dengan suhu udara rata-rata 10 derajat Celsius, dan kelembaban relatif 50 persen. Biasanya, akan kehilangan dan menyerap cairan sekitar 3,2 liter setiap harinya. Sedangkan perempuan, dengan berat 60 kilogram dengan usia dan profil yang sama, akan kehilangan dan menyerap cairan 2,7 liter setiap harinya.

Kondisi masyarakat juga berbeda. Masyarakat dengan profesi "pemburu-pengumpul, petani campuran, dan petani subsisten" punya sirkulasi cairan yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tinggal di kawasan ekonomi industri. Intinya, semakin rendah HDI negara asal, semakin banyak air yang Anda minum dalam sehari.

“Orang-orang di negara-negara HDI rendah lebih cenderung tinggal di daerah dengan suhu rata-rata lebih tinggi, lebih mungkin melakukan pekerjaan fisik, dan lebih kecil kemungkinannya berada di dalam gedung yang dikontrol iklim pada siang hari," terang Schoeller.

"Itu, ditambah kemungkinan kecil untuk memiliki akses ke seteguk air bersih kapan pun mereka membutuhkannya, membuat perputaran air mereka lebih tinggi."