Nationalgeographic.co.id—Sebelum ada badan pengawasan produk obat dan makanan (BPOM) seperti zaman sekarang, ada beberapa bahan aneh (dan kotor) yang dulu digunakan untuk membuat produk kosmetik di sepanjang sejarah. Di bawah ini adalah daftar beberapa bahan paling gila yang pernah digunakan dalam produk kecantikan kuno.
1. Timbal
Percaya atau tidak, salah satu bahan kosmetik kuno yang paling umum adalah timbal. Timbal ditemukan di berbagai produk, termasuk krim wajah, alas bedak, perona pipi, dan eyeliner.
Salah satu produk paling umum yang mengandung timbal adalah alas bedak pemutih. Di zaman Romawi, seperti dicatat oleh Ancient Origins, wanita dengan kulit pucat dipandang memiliki status yang lebih tinggi daripada wanita lain.
Jika seorang wanita berkulit pucat, itu menandakan bahwa dia cukup kaya untuk tinggal di dalam rumah sepanjang hari, sementara para pelayannya pergi bekerja untuknya. Produk pemutih ini terutama dibuat dengan cerussa, juga dikenal sebagai timbal putih, yang memberikan kulit putih cerah bagi pemakainya.
Orang-orang Mesir memiliki penggunaan lain untuk timbal dalam kosmetik mereka. Mereka terutama menggunakan timbal untuk membuat kohl, yang merupakan zat yang digunakan untuk membuat eyeliner.
Kohl terbuat dari kombinasi timbal sulfida, abu, dan jelaga. Seringnya penggunaan kohl berbahan timbal sebagai eyeliner pada akhirnya menyebabkan masalah kesehatan mata yang signifikan. Tidak diketahui apakah orang-orang Mesir kuno pernah menemukan sumber masalah ini.
2. Racun Tikus
Pada tahun 1930-an, krim penghilang bulu bernama Koremlu diperkenalkan ke pasar kosmetik. Meskipun awalnya diiklankan sebagai cara yang aman dan efektif untuk menghilangkan rambut yang tidak diinginkan di tubuh Anda, para pengguna dengan cepat mulai melaporkan masalah kesehatan yang serius.
Beberapa dari masalah kesehatan ini termasuk kebutaan, kerusakan gigi, kerusakan saraf, dan masalah pernapasan. Penyebabnya? Racun tikus.
Thallium acetate, bahan aktif dalam Koremlu dan racun tikus, meracuni para pengguna Koremlu bersama dengan hewan-hewan peliharaan mereka. Produk tersebut segera ditarik dari rak-rak penjualan, tetapi bukan karena peraturan kesehatan. Perusahaan dengan cepat bangkrut setelah para wanita berhenti membeli produknya, yang menyebabkan kehancurannya.
3. Kotoran Hewan