Timbal hingga Arsenik: Sederet Bahan Kosmetik Kuno yang Menyiksa

By Utomo Priyambodo, Selasa, 29 November 2022 | 18:40 WIB
Di zaman kuno, orang-orang mengunakan produk kosmetik yang terbuat dari bahan-bahan yang justru menyiksa atau menyakitkan tubuh mereka. (Thinkstock)

Nationalgeographic.co.id—Sebelum ada badan pengawasan produk obat dan makanan (BPOM) seperti zaman sekarang, ada beberapa bahan aneh (dan kotor) yang dulu digunakan untuk membuat produk kosmetik di sepanjang sejarah. Di bawah ini adalah daftar beberapa bahan paling gila yang pernah digunakan dalam produk kecantikan kuno.

1. Timbal

Percaya atau tidak, salah satu bahan kosmetik kuno yang paling umum adalah timbal. Timbal ditemukan di berbagai produk, termasuk krim wajah, alas bedak, perona pipi, dan eyeliner.

Salah satu produk paling umum yang mengandung timbal adalah alas bedak pemutih. Di zaman Romawi, seperti dicatat oleh Ancient Origins, wanita dengan kulit pucat dipandang memiliki status yang lebih tinggi daripada wanita lain.

Jika seorang wanita berkulit pucat, itu menandakan bahwa dia cukup kaya untuk tinggal di dalam rumah sepanjang hari, sementara para pelayannya pergi bekerja untuknya. Produk pemutih ini terutama dibuat dengan cerussa, juga dikenal sebagai timbal putih, yang memberikan kulit putih cerah bagi pemakainya.

Orang-orang Mesir memiliki penggunaan lain untuk timbal dalam kosmetik mereka. Mereka terutama menggunakan timbal untuk membuat kohl, yang merupakan zat yang digunakan untuk membuat eyeliner.

Kohl terbuat dari kombinasi timbal sulfida, abu, dan jelaga. Seringnya penggunaan kohl berbahan timbal sebagai eyeliner pada akhirnya menyebabkan masalah kesehatan mata yang signifikan. Tidak diketahui apakah orang-orang Mesir kuno pernah menemukan sumber masalah ini.

2. Racun Tikus

Pada tahun 1930-an, krim penghilang bulu bernama Koremlu diperkenalkan ke pasar kosmetik. Meskipun awalnya diiklankan sebagai cara yang aman dan efektif untuk menghilangkan rambut yang tidak diinginkan di tubuh Anda, para pengguna dengan cepat mulai melaporkan masalah kesehatan yang serius.

Beberapa dari masalah kesehatan ini termasuk kebutaan, kerusakan gigi, kerusakan saraf, dan masalah pernapasan. Penyebabnya? Racun tikus.

Thallium acetate, bahan aktif dalam Koremlu dan racun tikus, meracuni para pengguna Koremlu bersama dengan hewan-hewan peliharaan mereka. Produk tersebut segera ditarik dari rak-rak penjualan, tetapi bukan karena peraturan kesehatan. Perusahaan dengan cepat bangkrut setelah para wanita berhenti membeli produknya, yang menyebabkan kehancurannya.

3. Kotoran Hewan

Orang-orang zaman dahulu terkadang memasukkan kotoran hewan ke dalam produk make up mereka. Padahal, hal itu terbilang lumrah pada masker kecantikan yang kerap digunakan pada wajah sebelum merias wajah. Terkadang, mereka juga memasukkan urine dan empedu hewan.

Salah satu cara yang paling umum menggunakan kotoran hewan dalam produk kecantikan adalah sebagai pemutih wajah. Kotoran buaya kering sering dioleskan ke wajah untuk memutihkan kulit, atau bisa juga dicampur dengan bahan pemutih wajah tambahan seperti kapur atau timah putih. Beberapa catatan menyebutkan bahwa pria sering mengeluhkan bau wajah wanita saat memakai riasan.

4. Batu Sinabar

Wajah putih menunjukkan status sosial yang tinggi, tetapi tidak selalu menandakan kesehatan. Banyak orang Romawi kuno juga menggunakan pemerah pipi, atau perona pipi, untuk merona pipi agar tampak lebih 'sehat'.

Baca Juga: Thanaka, Kosmetik Alami Andalan Orang-Orang Myanmar

Baca Juga: Sejarah Kosmetik Kuno yang Mengandung Racun

Baca Juga: Zat Berbahaya dari Plastik dan Kosmetik Ditemukan di Tubuh Lumba-lumba 

Meski banyak pemerah pipi dibuat dari bahan yang relatif aman, termasuk kelopak bunga dan kapur merah, beberapa dibuat dari bahan yang tidak terlalu aman. Salah satu bahan ini adalah sinabar, bentuk merkuri berwarna merah cerah. Beberapa pemerah pipi buatan sendiri bahkan menggunakan kombinasi sinabar dan timah merah untuk ramuan yang lebih pekat. Yang bikin tambah jijik, mereka juga menggunakan kotoran buaya di beberapa pemerah pipi.

5. Arsenik

Seolah timbal tidak cukup buruk, beberapa produk rias kuno juga mengandung arsenik. Seperti timbal putih, arsenik digunakan dalam krim wajah selama era Victoria dan pasca-Perang Saudara untuk memberikan warna kulit putih pucat pada wanita.

Di luar krim wajah, arsenik juga dimasukkan ke dalam wafer kecil yang dijual untuk dikonsumsi. Wafer ini diiklankan sebagai "wafer kulit arsenik" dan diklaim dapat menghilangkan jerawat dan noda lainnya untuk wajah yang bersih. Mereka yang memiliki banyak noda seringkali cepat sakit karena makan terlalu banyak wafer, mengakibatkan muntah, diare, sakit perut, dan akhirnya meninggal.

Untungnya, industri kecantikan telah berubah menjadi lebih baik di zaman modern ini. Kita sekarang mengetahui bahaya senyawa kimia tertentu sehingga dapat dihindari dalam produksi riasan di masa mendatang. Pengujian ekstensif produk rias baru diharapkan dapat mencegah masalah kesehatan yang timbul dari kosmetik di masa depan.