Setelah Kematiannya, Mengapa Bermunculan Tiga Kaisar Nero Palsu?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 29 November 2022 | 16:16 WIB
Bahkan setelah mati pun Nero tidak tenang. Setelah kematiannya yang mengenaskan, beberapa Nero palsu bermunculan. Apa tujuan mereka? (John William Waterhouse )

Nationalgeographic.co.id—Setelah ditetapkan sebagai musuh publik oleh Senat Romawi, Nero pun melarikan diri. Alih-alih eksekusi memalukan, mantan kaisar itu lebih memilih untuk bunuh diri. Setelah kematiannya yang menyedihkan, tiga Kaisar Nero palsu bermunculan. Ini pun membuat resah warga Romawi.

Setelah kematian Nero tahun 68 Masehi

Setelah kematian Nero, warga Roma merayakannya di jalanan. Namun, ada juga yang berduka. Meski ia dicap sebagai musuh publik oleh Senat, beberapa orang di Kekaisaran Romawi masih menghormati Nero.

Menurut Suetonius, sudah menjadi kebiasaan bagi orang untuk meletakkan bunga musim semi dan musim panas di kuburan Nero. “Beberapa bahkan mendirikan patung kaisar di Forum,” tulis Natasha Sheldon di laman History Collection.

Yang lain terus mengedarkan dekrit Nero seolah-olah dia masih hidup. Desas-desus bahwa kaisar belum mati tetapi akan kembali untuk mengalahkan musuh pun mulai beredar.

Kematian Nero diragukan

Fakta bahwa tidak ada yang pernah melihat mayat Nero membuat desas-desus makin santer. Tidak ada saksi yang pernah menghadiri pemakaman mantan kaisar itu.

Selain itu, bagan kelahiran Nero konon meramalkan ia kehilangan kekaisarannya namun akan bangkit kembali di timur. Apapun latar belakangnya, desas-desus seputar Nero yang masih hidup berlangsung selama 20 tahun. Tidak hanya satu namun tiga orang mengaku sebagai Nero. Kaisar Nero palsu itu berusaha untuk merebut Kekaisaran Romawi.

Kaisar Nero palsu bermunculan

Nero palsu pertama muncul hanya beberapa bulan setelah kematiannya, di tempat yang paling dicintai Nero yaitu Yunani.

“Menurut sejarawan Tacitus, ia adalah seorang budak dari Pontus atau orang bebas dari Italia,” tulis Conny Waters di laman Ancient Pages. Ia mungkin memulai karirnya sebagai bajak laut.

Nero palsu ini kemudian mengumpulkan sekelompok pembelot tentara dan berlayar ke Italia. Kaisar Galba, yang menganggap serius penipu itu mengirim pasukan untuk mencegat. Pasukan Galba berhasil membunuh Nero dan memamerkan kepalanya yang sudah terpenggal di Roma.

Pemerintahan Kaisar Vespasianus yang damai membuat para Nero palsu tidak menampakkan batang hidungnya selama sepuluh tahun.

Namun, setelah kematian Vespasianus, Nero palsu muncul pada masa pemerintahan putra sulung Vespasianus, Titus. Nero palsu yang kedua adalah seorang pria Romawi bernama Terentius Maximus.

Dia mendapatkan pengikut pertamanya di Asia dan banyak lagi selama perjalanannya ke Efrat. Ketika keadaan tidak berjalan sesuai harapannya, Maximus melarikan diri ke Parthia dan mencoba mendapatkan dukungan mereka. “Belakangan identitas aslinya terungkap dan dia dieksekusi,” tambah Walters.

Kemudian, Nero palsu muncul lagi ketika putra Vespasianus yang tidak stabil dan tidak populer, Domitianus, memimpin.

  

Baca Juga: Ketakutan, Kaisar Romawi Nero Meminta Bantuan Budak untuk Bunuh Diri

Baca Juga: Daftar Skandal Elagabalus, Kaisar Romawi yang Punya Lima Orang Istri

Baca Juga: Dari Jerawat sampai Jenggot, Kiat Kaisar Romawi Menjaga Kebersihan

Baca Juga: Daftar Kaisar Romawi yang Meninggal Mengenaskan di Tangan Musuhnya

   

Kehadiran Nero palsu ini menimbulkan kerusuhan di antara elite penguasa Romawi. Konon, dua Nero yang terakhir merupakan taktik Parthia untuk mengalahkan Romawi. Motif Parthia jelas yaitu untuk mempermalukan dan menggoyahkan musuh bebuyutan mereka, Kekaisaran Romawi.

Rencana Parthia mungkin bisa berhasil jika kembalinya Nero mendapat dukungan dari orang-orang di Kekaisaran Romawi. Namun nyatanya tidak.

Tidak semua orang Romawi membenci Nero

Profesor Edward Champlin, penulis “Nero: The end of a Dynasty” percaya Nero tidak dibenci secara universal seperti yang dipikirkan orang. Menurutnya, Nero adalah senator dan ksatria terkemuka.

Kaum miskin, yang merupakan 90% dari populasi Roma, mendapat manfaat dari pemerintahan Nero. Mereka tidak peduli dengan kecenderungan membunuh Nero. Namun tidak dapat dipungkiri jika Nero banyak membantu kaum miskin, terutama saat Kebakaran Besar Roma.

Saat Nero dijadikan musuh publik, kaum miskin mungkin membenci Nero dan mengutuknya. Tetapi ketika kondisi hidup makin sulit, mereka memandang pemerintahan Kaisar Nero sebagai zaman keemasan. Mungkin romantisme inilah yang membuat mereka berharap jika Nero akan kembali kelak dan membantu mereka seperti sedia kala.