Semakin Kaya Ragam Hayati, Ekosistem Semakin Tahan Perubahan Iklim

By National Geographic Indonesia, Kamis, 8 Desember 2022 | 10:00 WIB
Ekosistem yang memiliki lebih banyak spesies cenderung resisten terhadap peristiwa iklim. Diversifikasi dapat menjadi alat penting untuk mempertahankan produksi dan jasa ekosistem di lahan pertanian, lahan penggembalaan, dan hutan produksi. (Live Science)

Nationalgeographic.co.id—Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature menemukan bahwa ekosistem yang memiliki lebih banyak spesies cenderung menjadi resisten terhadap peristiwa iklim ekstrem.

Sebagai dampak pemanasan suhu global, iklim yang ekstrem terjadi lebih umum. Banyak ilmuwan percaya jika kegiatan manusia menuju pada peristiwa kepunahan massal keenam. Hal ini menjadi semakin penting dipahami, jika ekosistem yang sehat mampu mendukung sejumlah besar spesies untuk tahan terhadap kondisi tak terduga yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Ecology menemukan bahwa ekosistem yang memiliki lebih banyak spesies memang lebih tahan terhadap peristiwa iklim ekstrem, termasuk iklim basah dan kering yang berkepanjangan. Tajuknya, "Benefits of increasing plant diversity in sustainable agroecosystems". 

Peneliti utamanya adalah Forest Isbell, kini sebagai Director of MnDRIVE Environment sekaligus Associate Professor bidang Ekologi, Evolusi dan Perilaku di University of Minnesota. Bidang keahliannya meliputi  keanekaragaman hayati, komunitas tumbuhan dan ekologi ekosistem, pendorong antropogenik perubahan lingkungan global, sains keberlanjutan.

Dia meneliti bersama timnya yang berasal dari berbagai lembaga: Paul R. Adler dari United States Department of Agriculture; Nico Eisenhauer dari German Centre for Integrative Biodiversity Research (iDiv) Halle-Jena-Leipzig; Dario A. Fornara dari Davines Group-Rodale Institute European Regenerative Organic Center (EROC); Kaitlin Kimmel dari Johns Hopkins University, Department of Earth and Planetary SciencesBaltimore, Amerika Serikat; Claire Kremen dari University of California, Department of Entomology; Deborah K. Letourneau dari University of California, Santa Cruz, Department of Environmental Studies; H. Wayne Polley dari United States Department of Agriculture, Agricultural Research Service; Matt Liebman dari Department of Agronomy, Iowa State University; Sandra Quijas dari Centro Universitario de la Costa, Universidad de Guadalajara, Meksiko; Michael Scherer-Lorenzen dari Geobotany, Faculty of Biology, University of Freiburg, Jerman.

Isbell memimpin sebuah tim yang mengkaji data dari percobaan 46 padang rumput di seluruh Eropa dan Amerika Utara untuk mengukur produktivitas ekosistem selama berbagai peristiwa iklim, dari sedang hingga ekstrem, singkat ke berkepanjangan, dan dari basah ke kondisi kering.

Mereka menggunakan produksi biomassa sebagai metrik untuk kesehatan setiap ekosistem, karena energi spesies tergantung pada biomassa. Para peneliti menemukan bahwa produktivitas ekosistem rendah akan keragaman, hanya terdapat satu atau dua spesies, berkurang rata-rata sekitar 50 persen selama peristiwa iklim ekstrem. Sementara itu, komunitas dengan keragaman yang tinggi, atau mereka dengan 16-32 spesies, penurunan terlihat hanya sekitar 25 persen.

Tim peneliti menemukan bahwa peningkatan keanekaragaman tumbuhan pada 46 padang rumput telah menurun pada saat kondisi ekstrem basah atau kering.

Kajian ini mengungkapkan banyak manfaat potensial dari peningkatan keanekaragaman tumbuhan di ekosistem alam, serta di agroekosistem dan hutan produksi. Keanekaragaman tumbuhan berpotensi memberikan sebagian untuk melengkapi pengganti banyak input pertanian yang mahal, seperti pupuk, pestisida, penyerbuk impor dan irigasi.

Mereka juga meninjau penelitian dengan mempertimbangkan bagaimana peningkatan keanekaragaman tanaman memengaruhi produksi tanaman, hijauan, dan kayu, stabilitas hasil, beberapa agroekosistem pengatur dan pendukungnya. 

Ada bukti kuat secara konsisten bahwa peningkatan keragaman tanaman secara strategis akan meningkatkan hasil panen dan hasil hijauan, produksi kayu, stabilitas hasil, penyerbuk, penekan gulma dan penekanan hama, sedangkan efek diversifikasi pada unsur hara tanah dan karbon masih kurang dipahami.