Apa yang Luar Biasa dari Sekolah Ramah Lingkungan di Finlandia?

By Galih Pranata, Senin, 5 Desember 2022 | 12:00 WIB
Pembelajaran di alam terbuka meningkatkan performa berfikir sekaligus kesadaran atas lingkungan. (Sasint/Pixabay/CBC)

Nationalgeographic.co.id—Berbicara tentang pendidikan, Finlandia adalah salah satu yang paling progresif. Dalam beberapa dekade, negeri ini telah tercatat sebagai negara yang paling maju di bidang pendidikan.

Salah satu hal luar biasa dalam formula pendidikannya ialah program eco-school atau sekolah ramah lingkungan. Finlandia dengan nama Vihreä lippu (Bendera Hijau) telah menjalankannya selama lebih dari 20 tahun.

"Saat ini terdapat lebih dari 350 sekolah yang terdaftar dalam program tersebut di Finlandia," tulis responden Vihreä lippu dalam artikel berjudul Eco-Schools in Finland yang diterbitkan pada 1 November 2019.

Sejak Mei 1999, tiga bendera hijau pertama dikibarkan di Helsinki, Finlandia. Program Eco-school dimulai di Finlandia pada musim gugur 1998, empat tahun setelah peluncurannya di Eropa.

"Grön Flagg" dalam bahasa Swedia, yang berarti “Bendera Hijau” menjadi slogan yang digiatkan dalam program ini. Program ini masih dijalankan dalam dua bahasa, dengan bahasa nasional Finlandia dan Swedia—negara yang menginspirasi eco-school bagi Finlandia.

Selama tahun pertama, program dimulai sebagai percontohan di Helsinki Timur, di mana 4 sekolah dan 2 taman kanak-kanak memulai programnya. Setengah dari sekolah itu mendapatkan bendera hijau—simbol kelayakan menjadi eco-school—setelah tahun pertamanya.

Namun, berkat liputan pers dan minat yang besar di antara para guru yang berwawasan lingkungan, program ini mulai menyebar dengan cepat. Setelah setahun, pada tahun 2000, 80 sekolah dan taman kanak-kanak dari banyak tempat di Finlandia telah mengikuti program ini, dan 36 menerima bendera hijau!

Saat ini, masih ada salah satu sekolah yang telah lama menerapkan eco-school, yaitu taman kanak-kanak Päiväkoti Neulanen. Sekolah ini telah mengikuti perjalanan Sekolah Ramah Lingkungan selama 20 tahun penuh.

Dalam program Grön Flagg atau bendera hijau, siswa di Finlandia terlibat aktif di dalamnya, sedangkan guru muncul sebagai fasilitator pendidikan bagi mereka. Siswa diminta untuk aktif berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi proyek.

Salah satu upaya terbesarnya diantaranya adalah untuk mengurangi limbah lingkungan, pencemaran terhadap lingkungan hidup mereka dimulai dari lingkup sekolah mereka. 

Salah satu yang giat dalam program ini adalah Kuopio Steiner School Virkkula, dari Finlandia Timur. Selama satu tahun, sekolah ini berjuang keras dan begitu ambisius untuk meningkatkan pendidikan lingkungan dan mengurangi beban lingkungan.

"Mereka mengurangi beban belajar bagi siswa, dan mereka berfokus pada proses mengurangi limbah yang dihasilkan oleh sekolah melalui cara-cara inovatifnya," tulis Minna Kaarakainen kepada CASI.

Ia menulisnya dalam artikel berjudul Environment Education And Sustainability In Schools yang diterbitkan pada tahun 14 Februari 2017. Program ini menjadi upaya membangun gaya hidup berkelanjutan bagi kehidupan sehari-hari.

Tujuan dari proses ini adalah untuk meningkatkan kesadaran untuk mendaur ulang limbah. Para guru melakukan propaganda dengan menekankan betapa pentingnya untuk menciptakan proses yang sesuai guna mengurangi limbah atau sampah.

Hal yang dapat dilakukan dengan "mengingatkan anak-anak dengan memilah sampah untuk dibuang ke tempat sampah yang sesuai: kertas, karton, organik, campuran, dan lain-lain," lanjutnya.

Para siswa sekolah di Finlandia yang tergabung dalam program eco-schools atau sekolah ramah lingkungan. (Eco-schools Global)

Tentunya tidak mudah membangun konsistensi di antara para siswa untuk terus melakukan proses pemilahan sampah dan daur ulang. Maka dari itu, sekolah membuat sebuah komitmen dengan siswa dan seluruh penggiat pendidikan di Kuopio Steiner School Virkkula.

Komitmen itu berisi: "penggunaan bahan secara bijak dan tidak menimbulkan sampah lebih banyak; tidak membuang sampah sembarangan; bersemangat mendaur ulang sampah dengan baik; menggunakan kertas secara hemat; mengurangi sampah kemasan makanan atau minuman; dan tidak menyisakan makanan yang terbuang."

Tidak main-main, komitmen ini dikaitkan dengan tindakan tegas sekolah, termasuk memperingati siswa yang melanggar komitmen. Bisa jadi, sekolah menendang siswa mereka yang tidak menaati kesepakatan yang telah dibuat bersama.

Baca Juga: Kurikulum Pendidikan Lingkungan Hidup Mencetak Generasi Peduli Lingkungan

Baca Juga: Mantan Kepala Taman Nasional: Konservasi Harus Masuk Kurikulum Sekolah

Baca Juga: Pendidikan Humanis Pasca-Pandemi: Memahami Coret Keluh Siswa

Baca Juga: Selama Pandemi 48 Negara Pakai Aplikasi Pendidikan yang Tak Aman 

Secara keseluruhan, jumlah sampah campuran menurun signifikan sebesar 85%. Berdasarkan angket siswa, sikap mereka berubah ke arah sikap yang lebih sadar dan ekonomis terhadap penggunaan dan pengelolaan sampah atau bahan limbah.

Keberhasilan yang dicapai sekolah Kuopio Steiner School Virkkula tidak mudah. Proses ini membutuhkan kolaborasi aktif antara pihak kebersihan sekolah, katering sekolah, perusahaan sampah kota, orang tua siswa, masyarakat dan lainnya.

Guru juga memegang peranan penting. Sekeras mungkin, elemen sekolah dan guru melakukan pembiasaan sekaligus propaganda yang mendorong sikap "malu" jika membuang sampah sembarangan atau menggunakan bahan limbah berlebihan.

Program Grön Flagg atau bendera hijau bukan hanya tindakan sesaat, melainkan proses berkelanjutan yang menjadi komitmen sekolah. Anak sekolah secara aktif berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan tindakan, sehingga tertanam kesadaran yang tinggi tentang lingkungannya.