"Tujuh belas dari 24 ibu relatif jarang minum alkohol, dengan konsumsi alkohol rata-rata kurang dari satu minuman beralkohol per minggu," kata Kienast.
"Namun demikian, kami dapat mendeteksi perubahan signifikan pada janin ini berdasarkan MRI prenatal."
Tiga ibu minum satu sampai tiga minuman per minggu, dan dua ibu minum empat sampai enam minuman per minggu. Seorang ibu mengkonsumsi rata-rata 14 minuman atau lebih per minggu.
Enam ibu juga melaporkan setidaknya satu kejadian pesta minuman keras (melebihi empat minuman pada satu kesempatan) selama kehamilan.
Menurut para peneliti, perkembangan otak janin yang tertunda dapat secara khusus terkait dengan tahap mielinisasi yang tertunda dan gyrifikasi yang kurang jelas di lobus frontal dan oksipital.
Proses mielinasi sangat penting untuk fungsi otak dan sistem saraf. Myelin melindungi sel saraf, memungkinkan mereka mengirimkan informasi lebih cepat.
Tonggak perkembangan penting pada bayi, seperti berguling, merangkak, dan pemrosesan bahasa secara langsung terkait dengan mielinisasi.
Gyrifikasi mengacu pada pembentukan lipatan korteks serebral. Lipatan ini memperbesar luas permukaan korteks dengan ruang terbatas di tengkorak, memungkinkan peningkatan kinerja kognitif. Saat gyrifikasi berkurang, fungsionalitas berkurang.
Baca Juga: Ganja, Tembakau, Alkohol, dan Studi Mengejutkan Anak Praremaja di AS
Baca Juga: Kecenderungan Manusia Minum Minuman Keras Berasal dari Monyet
Baca Juga: Minum Sedikit Alkohol Bermanfaat Bagi Jantung Ternyata Tidak Benar
Baca Juga: Studi Baru, Konsumsi Minuman Beralkohol Mengurangi Volume Otak