Gunung Semeru dan Soe Hok Gie yang Jatuh Tewas di Pelukannya

By Utomo Priyambodo, Selasa, 6 Desember 2022 | 09:00 WIB
Soe Hok Gie di puncak gunung Semeru. (Catatan Sang Demonstran/LP3S)

Nationalgeographic.co.id—Soe Hok Gie adalah aktivis di era Orde Lama dan Orde Baru yang tak bisa lepas dari gunung. Gie adalah salah satu pendiri organisasi Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI). Gie juga tercatat menjadi pemimpin Mapala UI untuk misi pendakian Gunung Slamet yang memiliki ketinggian 3.442 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Kemudian pada pertengahan Desember 1969, Gie bersama rombongan Mapala UI melakukan misi pendakian ke Mahameru, puncak Gunung Semeru yang mempunyai ketinggian 3.676 mdpl. Banyak sekali rekan-rekannya yang menanyakan kenapa ingin melakukan misi tersebut. Gie pun menjelaskan kepada rekan-rekannya.

“Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

Dalam buku catatan hariannya yang kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Catatan Seorang Demonstran, Gie sering kali menulis soal gunung. Salah satunya seperti yang dikutip di atas.

Ia juga sering menulis puisi yang menyebut kata Lembah Mandalawangi yang ada di Gunung Pangrango. Salah satunya seperti puisi di bawah ini:

ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkahada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di mirazatapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangkubicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucuatau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mendala wangi

ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di danangada bayi-bayi yang mati lapar di Biafratapi aku ingin mati di sisimu sayangkusetelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanyatentang tujuan hidup yang tak satu setanpun tahu

mari, sini sayangkukalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padakutegakklah ke langit atau awan mendungkita tak pernah menanamkan apa-apa,kita takkan pernah kehilangan apa-apa

(Catatan Seorang Demonstran, Selasa, 11 November 1969)

Tapi bukan kepada pelukan Gunung Pangrango ia akhirnya jatuh, melainkan kepada Gunung Semeru. Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa yang memiliki ketinggian 3.676 meter.

Pada Jumat, di hari Lebaran kedua, 12 Desember 1969 pukul 06.00 pagi, Gie sudah berkumpul dengan rombongan kawan-kawannya di Stasiun Gambir, Jakarta. Mereka siap untuk berangkat menuju Stasiun Gubeng, Surabaya, dan kemudian memulai pendakian ke Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur.

Rudy Badil dalam buku berjudul Soe Hok-Gie...Sekali Lagi: Buku Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya, menulis bahwa Gie kala itu dikenal sebagai sejarawan muda dan mantan Ketua Mapala Fakultas Sastra-Universitas Indonesia (FS-UI). Selain itu ia juga dikenal sebagai penulis, aktivis, dan tokoh pergerakan mahasiswa di zaman awal Orde Baru.