Sulit Tidur Malam Dikaitkan dengan Faktor Risiko Diabetes Tipe 2

By Ricky Jenihansen, Rabu, 7 Desember 2022 | 14:00 WIB
Ilustrasi kesulitan tidur malam. (Sentinel DIgital Desk)

Nationalgeographic.co.id—Studi baru dari University of South Australia menemukan bahwa kesulitan tidur malam dikaitkan dengan faktor risiko diabetes tipe 2. Para peneliti mengingatkan orang-orang untuk memprioritaskan tidur malam yang nyenyak agar tidak mengalami gangguan tidur.

Mereka, para peneliti telah menerbitkan hasil studi tersebut di jurnal The Science of Diabetes Self-Management and Care. Jurnal tersebut berjudul "Multidimensional Sleep and Cardiometabolic Risk Factors for Type 2 Diabetes: Examining Self-Report and Objective Dimensions of Sleep."

Penelitian yang merupakan yang pertama dalam jenisnya ini, para peneliti menemukan bahwa orang yang melaporkan kesulitan tidur rata-rata lebih cenderung memiliki indikator kesehatan kardiometabolik yang buruk.

Hal tersebut merupakan penanda peradangan, kolesterol dan berat badan, yang dapat berkontribusi pada diabetes tipe 2.

Di Australia tempat penelitian tersebut dilakukan, hampir satu juta orang dewasa menderita diabetes tipe 2. Secara global, diabetes tipe 2 mempengaruhi lebih dari 422 juta orang.

Peneliti University of South Australia, Lisa Matricciani mengatakan berbagai aspek tidur dikaitkan dengan faktor risiko diabetes.

"Semua orang tahu bahwa tidur itu penting. Tetapi ketika kita berpikir tentang tidur, kita terutama berfokus pada berapa jam kita tidur, ketika kita juga harus melihat pengalaman tidur kita secara keseluruhan," kata Matricciani.

"Seberapa nyenyak kita tidur, kapan kita tidur dan bangun, dan seberapa teratur kebiasaan tidur kita, mungkin sama pentingnya dengan durasi tidur."

Dalam penelitian ini, lanjutnya, mereka memeriksa hubungan berbagai aspek tidur, dan faktor risiko diabetes, dan menemukan hubungan antara mereka yang memiliki masalah tidur dan mereka yang berisiko terkena diabetes tipe 2.

"Studi ini mengkaji data orang dewasa Australia, yang dikumpulkan sebagai bagian dari studi Child Health CheckPoint," tulis peneliti.

Berbagai aspek tidur dikaitkan dengan faktor risiko diabetes (Thinkstock)

"Tidur diperiksa dalam hal durasi, waktu, efisiensi, dan variabilitas tidur yang diturunkan dari aktigrafi; dan melaporkan sendiri kesulitan tidur."

Faktor risiko kardiometabolik, lanjut peneliti, untuk diabetes tipe 2 diperiksa dalam hal indeks massa tubuh dan biomarker peradangan dan dislipidemia.

Dislipidemia meningkatkan kemungkinan penyumbatan arteri (aterosklerosis) dan serangan jantung, stroke, atau masalah sirkulasi darah lainnya, terutama pada perokok. Dislipidemia biasanya tidak menimbulkan gejala. Diet sehat, olahraga, dan obat penurun lipid dapat membantu mencegah komplikasi.

Kemudian, persamaan perkiraan umum, disesuaikan dengan pengelompokan geografis, digunakan untuk menentukan hubungan antara pengukuran tidur dan faktor risiko kardiometabolik.

Baca Juga: Trik untuk Tidur Lebih Baik Ini Disebut Ampuh untuk Hampir Semua Orang

Baca Juga: Ahli Saraf Mempelajari Aktivitas Listrik Otak Manusia Saat Tidur

Baca Juga: Tidur Kurang dari Lima Jam, Dikaitkan dengan Risiko Berbagai Penyakit

Baca Juga: Kurang Tidur Merusak Kesadaran Sosial dan Keinginan Membantu Sesama 

Studi tersebut menilai lebih dari 1000 orang dewasa Australia dengan usia rata-rata 44,8 tahun. Para peneliti memeriksa berbagai karakteristik tidur: melaporkan sendiri kesulitan tidur, durasi, waktu, efisiensi, dan variabilitas panjang tidur sehari-hari.

Sebagian besar peserta (87 persen) adalah ibu. Sekitar setengah dari semua peserta (48 persen) melaporkan bahwa mereka tidak pernah mengalami masalah tidur.

Hasilnya, ukuran objektif dan laporan diri tidur secara signifikan terkait dengan faktor risiko kardiometabolik untuk diabetes tipe 2. Laporan diri tidur bermasalah dikaitkan dengan kesehatan kardiometabolik yang lebih buruk, terlepas dari parameter tidur yang diturunkan dari aktigrafi.

"Orang-orang yang melaporkan kesulitan tidur juga cenderung memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi, serta penanda kolesterol dan peradangan darah," kata Matricciani.

"Ketika sampai pada krisis, kita tahu bahwa kita harus memprioritaskan tidur kita untuk membantu menjaga kesehatan. Diperlukan lebih banyak penelitian, tetapi seperti yang ditunjukkan oleh penelitian ini, penting untuk memikirkan tentang tidur secara keseluruhan, bukan hanya sebagai satu aspek."