Mengapa Para Arkeolog Tidak Mencari Atlantis si 'Kota yang Hilang'?

By Utomo Priyambodo, Rabu, 7 Desember 2022 | 16:00 WIB
Ilustrasi tenggelamnya Atlantis yang memesona, meskipun kebenarannya diragukan. (The Mirror/History Collection)

Halmhofer, yang penelitiannya berfokus pada pseudoarkeologi dan ideologi konspiritual, berpendapat bahwa mudah untuk jatuh ke dalam teori konspirasi ketika orang-orang sedang mengalami masa-masa sulit atau kekacauan. Atau di masa-masa saat orang-orang sedang mencari jawaban, atau sesuatu atau seseorang untuk disalahkan.

“Ini seperti pelarian dari kenyataan, meskipun bagi orang-orang itu adalah kenyataan. [Atlantis] terkesan seperti tempat yang sangat menakjubkan. Jadi saya mengerti mengapa orang-orang menginginkannya menjadi sesuatu yang nyata."

“Ini adalah kisah tentang sebuah peradaban yang hancur dalam semacam peristiwa besar. Itulah alegori yang diciptakan Plato, dan tentu saja, Anda tahu, banjir dan hal-hal lain, malapetaka semacam ini beresonansi dengan sangat baik,” ucap Dibble.

“Kita hidup dalam masa bencana, karena orang-orang khawatir tentang perubahan iklim, atau banyak masalah lain di dunia, senjata nuklir, dan hal-hal seperti itu. Jadi saya pikir ada daya tarik tertentu dari cerita bencana juga,” paparnya

“Kami sama sekali tidak menemukan apa pun dari Atlantis. [Ada] karya Plato dan hanya itu. Jadi, secara arkeologis, tidak ada apa-apa. Sayangnya, tidak ada apa-apa,” tegas Halmhofer.