Mengapa Para Arkeolog Tidak Mencari Atlantis si 'Kota yang Hilang'?

By Utomo Priyambodo, Rabu, 7 Desember 2022 | 16:00 WIB
Ilustrasi tenggelamnya Atlantis yang memesona, meskipun kebenarannya diragukan. (The Mirror/History Collection)

Nationalgeographic.co.id—Nama Atlantis begitu terkenal dalam budaya pop. Namun, kenapa para arkeolog tidak berusaha mencari "kota yang hilang" tersebut?

Alasan tak adanya upaya para arkeolog untuk menemukan Kota Atlantis ini dijawab oleh para ilmuwan. Penjelasan sederhananya, jika Anda mencari Atlantis, Anda bukan seorang arkeolog. Atau, setidaknya, Anda bukan arkeolog yang benar-benar bagus.

"Mengapa? Karena Atlantis tidak pernah ada," tegas Katy Evans dalam tulisannya di IFL Science.

Banyak film atau cerita yang berkisah soal kota yang hilang tenggelam disapu ombak. Mulai dari Aquaman garapan DC, Wakanda Forever garapan Marvel, Ancient Apocalypse garapan Netflix, sampai Atlantis: The Lost Empire garapan Disney.

Beberapa cerita fiksi memang telah mencapai ketenaran global seperti Atlantis. Menjadi simbol Utopia yang telah lama hilang, nama Atlantis kemudian menjadi identik dengan pengetahuan lanjutan dan rahasia, surga yang hilang, bencana alam epik, dan petualangan.

Banyak orang kemudian meyakini bahwa Atlantis benar-benar ada. Mereka percaya ada misteri yang perlu dikuak di "kota yang hilang" tersebut sehingga kota itu perlu ditemukan.

“Ada kesalahpahaman bahwa arkeologi adalah tentang memecahkan misteri, padahal sebenarnya, kita tidak benar-benar melakukan itu. Saya pikir misteri itu sangat meromantisirnya," ujar arkeolog Flint Dibble.

“Yang lucu tentang Atlantis adalah ketika awalnya disebutkan oleh Plato, dia benar-benar tidak banyak menulis tentangnya. Hanya beberapa paragraf kecil,” kata Stephanie Halmhofer, seorang mahasiswa PhD arkeologi di University of Alberta.

Baca Juga: Kontestasi Atlantis: Pertentangan Gagasan Plato dan Donnelly

Baca Juga: Lima Kota Hilang Legendaris yang Belum Ditemukan Selain Atlantis

Baca Juga: Temuan Kota yang Telah Lama Hilang, Dulu Hanya Diketahui dari Koin 

“Tapi kota yang dia lukis ini adalah tempat yang luar biasa, Anda tahu, istana besar dan emas di mana-mana dan patung perak dan lumba-lumba… Maksud saya, siapa yang tidak ingin itu menjadi tempat yang nyata? Terkadang saya sedih Atlantis itu tidak nyata. Karena, bayangkan menemukan tempat yang luar biasa dan menakjubkan ini.”

Halmhofer, yang penelitiannya berfokus pada pseudoarkeologi dan ideologi konspiritual, berpendapat bahwa mudah untuk jatuh ke dalam teori konspirasi ketika orang-orang sedang mengalami masa-masa sulit atau kekacauan. Atau di masa-masa saat orang-orang sedang mencari jawaban, atau sesuatu atau seseorang untuk disalahkan.

“Ini seperti pelarian dari kenyataan, meskipun bagi orang-orang itu adalah kenyataan. [Atlantis] terkesan seperti tempat yang sangat menakjubkan. Jadi saya mengerti mengapa orang-orang menginginkannya menjadi sesuatu yang nyata."

“Ini adalah kisah tentang sebuah peradaban yang hancur dalam semacam peristiwa besar. Itulah alegori yang diciptakan Plato, dan tentu saja, Anda tahu, banjir dan hal-hal lain, malapetaka semacam ini beresonansi dengan sangat baik,” ucap Dibble.

“Kita hidup dalam masa bencana, karena orang-orang khawatir tentang perubahan iklim, atau banyak masalah lain di dunia, senjata nuklir, dan hal-hal seperti itu. Jadi saya pikir ada daya tarik tertentu dari cerita bencana juga,” paparnya

“Kami sama sekali tidak menemukan apa pun dari Atlantis. [Ada] karya Plato dan hanya itu. Jadi, secara arkeologis, tidak ada apa-apa. Sayangnya, tidak ada apa-apa,” tegas Halmhofer.