“Beriringan, Krampus dan Santo Nikolas mengadakan semacam hari penghakiman untuk anak-anak,” jelas Becky Little di laman National Geographic.
Krampus yang tidak mudah untuk diusir
Pada abad ke-12, gereja Katolik mulai bekerja membasmi iblis pagan ini. Awalnya upaya itu berhasil sampai Krampus muncul kembali dalam konsumerisme abad ke-19.
“Produsen mulai mengomersialkan Krampus setelah tahun 1890, ketika pemerintah Austria melepaskan kendali atas produksi kartu pos nasional, menyebabkan industri berkembang pesat,” jelas Little.
Ada Krampus menakutkan untuk anak-anak dan Krampus yang konyol untuk orang dewasa. Ini bertepatan dengan kebangkitan festival Krampus. Meskipun seolah-olah menakut-nakuti anak-anak agar berperilaku baik, festival ini memungkinkan orang untuk mengenakan kostum menakutkan. Mereka berlarian mengelilingi kota, biasanya dalam keadaan mabuk.
Krampuslauf kemudian dilarang lagi oleh partai-partai konservatif dan nasionalis Jerman dan Austria pada tahun 1930-an.
Hari ini, Krampus membuat lagi-lagi kembali ke Eropa dan mendapatkan popularitas di Amerika.
Baca Juga: Mengapa Kita Merasa Natal Seolah Datang Lebih Cepat setiap Tahunnya?
Baca Juga: Kapan Sebenarnya Yesus Lahir? Tampaknya Bukan pada 25 Desember
Baca Juga: Mengulik Tradisi Memasang Pohon Natal, Siapa yang Memulainya?
Baca Juga: Mengapa Ode to Joy Karya Beethoven Dijadikan Lagu Natal di Jepang?
Kebangkitan Krampus di Amerika mencerminkan peningkatan jumlah orang yang mengeluhkan tradisi yang terlalu dikomersialkan. Mereka sangat terganggu dengan film komedi atau horor tahun 2015 yang berpusat pada iblis Natal.
Kini, kehadiran kembali Krampus menakuti para pengungsi di Austria. Bagi mereka yang tidak terbiasa dengan tradisi Krampus, sosok iblis Natal ini tentu sangat menakutkan.
Mungkin pada mulanya, tradisi Krampus dilakukan dengan tujuan agar anak kecil bersikap baik. Seiring dengan berjalannya waktu, tujuan tradisi itu pun perlahan mengalami perubahan.