Bisakah Manusia Berpikir Tanpa Berkata-kata di Kepala? Ini Kata Sains

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 12 Desember 2022 | 12:00 WIB
Apa yang terjadi di dalam kepala kita sendiri ketika kita berpikir? (Getty Images)

Namun, beberapa laboratorium, seperti milik Fedorenko, sedang mengembangkan cara yang lebih baik untuk mengamati dan mengukur hubungan antara bahasa dan pikiran. Teknologi modern seperti pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) dan mikroskop memberi peneliti gambaran yang cukup bagus tentang bagian mana dari otak manusia yang sesuai dengan fungsi yang berbeda; misalnya, para ilmuwan sekarang mengetahui bahwa otak kecil mengontrol keseimbangan dan postur tubuh, sedangkan lobus oksipital menangani sebagian besar pemrosesan visual. Dan di dalam lobus yang lebih luas ini, ahli saraf telah mampu memperkirakan dan memetakan wilayah fungsional yang lebih spesifik yang terkait dengan hal-hal seperti memori jangka panjang, penalaran spasial, dan ucapan.

Penelitian Fedorenko memperhitungkan peta otak semacam itu dan menambahkan komponen aktif.

Baca Juga: Ilmuwan Mengidentifikasi DNA Terkait Disleksia Pada Anak-Anak

Baca Juga: Apakah Wanita Benar-Benar Lebih Baik dalam Mengingat Kata-Kata?

Baca Juga: Perubahan Kata Percakapan: Pertanda Berakhirnya Hubungan Percintaan

"Jika bahasa sangat penting untuk penalaran, maka harus ada tumpang tindih dalam sumber daya saraf saat Anda terlibat dalam penalaran," hipotesisnya. Dengan kata lain, jika bahasa sangat penting untuk berpikir, wilayah otak yang terkait dengan pemrosesan bahasa akan menyala setiap kali seseorang menggunakan logika untuk memecahkan masalah.

Untuk menguji klaim ini, dia dan timnya melakukan studi di mana mereka memberi peserta soal logika bebas kata untuk dipecahkan, seperti teka-teki sudoku atau sedikit aljabar. Kemudian, para peneliti memindai otak orang-orang ini menggunakan mesin fMRI saat mereka mengerjakan teka-teki tersebut. Para peneliti menemukan bahwa wilayah otak peserta yang terkait dengan bahasa tidak menyala saat mereka memecahkan masalah; dengan kata lain, mereka bernalar tanpa kata-kata.

Penelitian seperti Fedorenko, Hurlburt dan lain-lain menunjukkan bahwa bahasa tidak penting untuk kognisi manusia, yang merupakan temuan sangat penting untuk memahami kondisi neurologis tertentu, seperti aphasia. "Anda dapat menghilangkan sistem bahasa, dan banyak alasan dapat berjalan dengan baik," kata Fedorenko. Namun, itu tidak berarti bahwa bahasa tidak akan lebih mudah.