Orang yang Tidak Percaya Covid-19, Biasanya Percaya Teori Konspirasi

By Ricky Jenihansen, Jumat, 16 Desember 2022 | 10:00 WIB
Pengunjuk rasa mengenakan masker bertuliskan (Milwaukee Independent)

Nationalgeographic.co.id—Penelitian psikologi terbaru menemukan bahwa orang-orang yang percaya bahwa pandemi Covid-19 adalah tipuan cenderung mempercayai segala macam teori konspirasi lainnya. Studi baru tersebut dipimpin ilmuwan Ohio State University, Columbus, Amerika Serikat.

Hasil penelitian mereka tersebut telah diterbitkan di PLoS One dengan judul "A gateway conspiracy? Belief in COVID-19 conspiracy theories prospectively predicts greater conspiracist ideation."

Menurut penelitian tersebut, mereka yang percaya pada konspirasi Covid-19 dapat membuat orang lebih mungkin untuk percaya pada teori konspirasi lain di kemudian hari.

Menurut penelitian tersebut, mereka yang berpendapat bahwa jumlah kematian akibat Covid-19 terlalu dilebih-lebihkan, atau bahwa China sengaja merilis atau merekayasa virus untuk tujuan jahat, adalah semacam pintu masuk ke teori konspirasi lainnya.

Teori konspirasi berpendapat bahwa kelompok bayangan diam-diam mendalangi plot skala besar yang mempengaruhi publik. Mulai dari kepercayaan bahwa alien di UFO membuat crop circle hingga gagasan liar dan tidak berdasar bahwa pendaratan di bulan itu palsu.

Pengunjuk rasa memegang spanduk memprotes instruksi pemerintah untuk tinggal di rumah untuk memerangi Covid-19 di Amerika Serikat. (John Moore)

Keyakinan konspirasi cenderung berakar pada perasaan kehilangan kendali atau ketidakpastian, lapor Live Science sebelumnya.

Oleh karena itu, pandemi Covid-19 adalah badai yang sempurna untuk menghasilkan teori konspirasi, saran penulis penelitian yang dipimpoin Russell H. Fazio dari Ohio State University.

“Kerusakan luas yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 telah meningkatkan kecemasan, ketidakpastian, perasaan tidak berdaya, dan telah menciptakan gesekan di antara anggota kelompok sosial yang berbeda,” tulis para peneliti dalam penelitian tersebut.

"Kondisi seperti itu merupakan resep yang nyaris sempurna untuk proliferasi teori konspirasi."

Dalam studi baru ini, para peneliti melakukan dua survei. Yang pertama, mereka mensurvei sekitar 500 orang di AS pada Juni 2020, menanyakan peserta tentang keyakinan konspirasi mereka secara umum dan keyakinan mereka pada teori konspirasi Covid-19 pada khususnya.

Penulis penelitian kemudian menindaklanjuti dengan orang-orang tersebut enam bulan kemudian.