Manusia Purba Awal Mungkin Pertama Kali Jalan Dua Kaki di atas Pohon

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 16 Desember 2022 | 07:00 WIB
Ilustrasi manusia purba. Mereka mungkin pertama kali menggunakan hanya dua kaki untuk berjalan sudah dilakukan sejak masih di atas pohon. (1971yes/Getty Images/iStockphoto)

Nationalgeographic.co.id—Kera dunia lama, seperti monyet ekor panjang, berjalan masih menggunakan empat kaki. Sedangkan dunia baru, atau kera besar, terkadang memanfaatkan hanya dua kaki saja seperti yang dilakukan gorila dan simpanse. Namun manusia, sebagai yang masih dalam kerabat mereka, hanya berjalan dengan dua kaki.

Sejak kapan kita berjalan dengan dua kaki saja (bipedal) dan berdiri tegak? Sebuah penelitian dari beberapa universitas di Amerika Serikat menduga, kemampuan berjalan dengan dua kaki dengan tegak, mungkin berevolusi di pohon. Dugaan ini berbeda dari perkiraan sebelumnya yang memperkirakan kemampuan bipedal manusia saat sudah sering beraktivitas di tanah.

Dugaan itu diungkapkan berkat eksplorasi para peneliti terhadap perilaku kerabat terdekat kita, simpanse, di Lembah Issa, Tanzania Barat. Kawasan ini dikenal sebagai 'mosaik sabana', sebab lanskapnya berupa campuran lahan kering terbuka dengan sedikit pohon atau minimnya hutan lebat.

Simpanse diketahui sebagai hewan yang kadang memakai dua kaki. Mereka, sebagai kerabat terdekat kita dari semua kera, tinggal di habitat mosaik sabana ini dinilai sangat mirip dengan nenek moyang manusia paling awal. Sehingga, penelitian kali ini mengeksplorasi keterbukaan jenis lanskap untuk mendorong bipedalisme pada hominim.

"Kami secara alami berasumsi bahwa karena Lembah Issa punya lebih sedikit pohon daripada hutan tropis pada umumnya, tempat kebanyakan simpanse hidup, kami akan melihat individu lebih sering di tanah daripada di pohon," kata rekan penulis studi Alex Piel dari Department of Anthropology, University College London, dikutip dari Phys.

"Selain itu, karena begitu banyak penggerak tradisional bipedalisme (seperti membawa benda atau melihat di atas rerumputan tinggi, misalnya) diasosiasikan dengan berada di tanah, kami pikir secara alami kami juga akan melihat lebih banyak bipedalisme kami temukan di sini."

Hasil penelitian itu dipublikasikan di Science Advances berjudul "Wild chimpanzee behavior suggests that a savanna-mosaic habitat did not support the emergence of hominin terrestrial bipedalism". Makalah itu dipublikasikan 14 Desember 2022.

Berdasarkan penelitian terhadap 13.700 pengamatan simpanse di Lembah Issa, mereka menghabiskan banyak waktu di pohon seperti simpanse lain yang hidup di hutan lebat. Meskipun habitatnya lebih terbuka, kebiasaannya masih sama.

Simpanse jantan dewasa berjalan tegak untuk menavigasi cabang-cabang fleksibel di kanopi terbuka, ciri khas habitat sabana-mosaik Lembah Issa. Meskipun habitatnya terbuka dan kering, simpanse di Issa tetap sangat arboreal dan tidak berjalan di tanah lebih dari simpanse yang hidup di hutan tropis, temuan yang mendukung berjalan tegak berkembang di pepohonan, bukan di tanah pada nenek moyang awal kita. (Rhianna C. Drummond-Clarke)

Para peneliti mengharapkan simpanse Issa berjalan lebih tegak di lingkungan sabana terbuka. Sebab, sulit bagi para simpanse untuk berpindah tempat untuk mengandalkan dahan pohon dengan bergelayutan.

Hasil yang mereka dapati justru berbeda. Para peneliti mendapati simpanse berdiri dengan dua kaki, 85 persen lebih sering, di atas pepohonan. Tentunya ini bertentangan dengan teori luas yang mereka gunakan untuk dugaan. Teori itu adalah lingkungan sabana yang terbuka dan kering seperti Issa, mendorong kerabat manusia prasejarah awal harus beradaptasi dengan berjalan tegak dua kaki.

Temuan ini justru menyarankan bahwa manusia purba paling awal, mungkin berevolusi untuk berjalan dengan dua kaki sejak di atas pohon. Mereka berdiri di atas pohon untuk berpindah-pindah, sebelum akhirnya benar-benar di atas tanah seperti manusia modern hari ini.