Mari Menelisik Misteri Runtuhnya Kerajaan Lama di Mesir Kuno

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 18 Desember 2022 | 07:00 WIB
Shepseskaf, firaun terakhir dari Dinasti keempat, pindah ke Saqqara, rumah dari Piramida Bertingkat, dan membangun Mastaba di sana. (Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id – Ahli sejarah Mesir telah membagi hampir 3.200 tahun catatan sejarah kekaisaran Mesir menjadi beberapa bagian–Kerajaan Lama, Periode Menengah, Kerajaan Tengah, Periode Menengah lainnya, Kerajaan Baru, dan kemudian Periode Akhir dan Kemunduran.

Kerajaan Lama Mesir kuno dikenal dengan kemewahan, kekayaan, hiasan kuil, patung, dan, tentu saja, Piramida Agung dan Sphinx Agung Giza. Namun, tidak dapat disangkal bahwa periode pemborosan orang Mesir bersifat sementara, dan mulai dari dinasti kelima, kerajaan lama mulai runtuh.

Dinasti keempat berakhir dengan Shepseskaf sebagai Firaun terakhirnya. Sebelum Shepseskaf, kerajaan ini diperintah oleh Menkaure, Firaun terakhir yang bergaya agrafik di dataran tinggi Giza. Piramidanya, meski masih megah, hanya seperlima dari ukuran galeri besar, dan mengarah ke kemerosotan ekonomi kerajaan.

Sekarang, alih-alih mengikuti jalan nenek moyangnya dan membangun di dataran tinggi Giza, Shepseskaf memutuskan untuk pindah ke Saqqara, tempat Piramida bertingkat dibangun berabad-abad yang lalu, dan alih-alih sebuah bangunan megah, dia membangun sebuah mastaba, yang disebut Mastabet el- Fara'oun dalam bahasa Arab. Itu berarti 'Mastaba Firaun', dan dibangun dalam bentuk cartouche. Bersamanya, dinasti keempat berakhir.

Kisah Dinasti Kelima 

Meski kehebatan Kerajaan dikatakan telah berkurang dengan berakhirnya dinasti keempat, dinasti kelima ini unik dan menarik dengan caranya sendiri.

Ada cerita menarik tentang permulaan dinasti kelima yang tertulis di atas papirus, disebut Papirus Westcar, yang disimpan di Museum Berlin. Bersamaan dengan kisah-kisah menarik lainnya dari kerajaan, ia juga memiliki latar cerita pada masa Khufu, pembangun piramida besar. Menurut cerita, salah satu putra Khufu memanggil seorang penyihir untuk menghibur ayahnya dengan menceritakan masa depan. Penyihir menceritakan tentang kedatangan dinasti baru, yang akan dimulai dengan kelahiran kembar tiga, yang akan menjadi raja pertama.

Dinasti kelima membawa banyak perubahan, mulai dari cara hidup bangsawan hingga kepercayaan agama pada masa itu. Raja-raja dari dinasti kelima dapat disebut Raja Matahari, atau Raja Matahari, karena penghormatan mereka kepada Matahari. Mereka juga menemukan kuil yang didedikasikan untuk matahari. Selanjutnya, mereka juga membangun piramida, tetapi di tempat yang berbeda, seperti Abu Gurob dan Abu Sir (berjarak sekitar satu mil satu sama lain, dan dekat dengan Saqqara).

Baca Juga: Begini Pekerja Mesir Kuno Menyiapkan Makam Firaun di Lembah para Raja

Baca Juga: Aturan Gila Firaun Pepi II Neferkare, Menuntut Budaknya Dilapisi Madu

Baca Juga: Sekilas Detail Pada Mumi Amenhotep I Terungkap Dalam CT Scan

Kuil matahari yang dibangun oleh raja-raja ini adalah altar besar, dengan batu besar di depan altar. Batu ini sebenarnya bukan obelisk dan disebut batu ben-ben. Sampai saat ini, fungsi batu ini masih menjadi misteri. Mungkin, itu disembah dengan cara tertentu.