Nationalgeographic.co.id—Kematian di Mesir kuno adalah kunci menuju kehidupan yang lebih baik. Jika orang mati bisa melewati penghakiman dan memasuki dunia orang mati, akhirat mereka dimulai.
Orang Mesir kuno, tidak terkecuali masyarakat manusia lainnya tentu banyak yang merenungkan apa yang terjadi setelah kematian. Bahkan ada beberapa bukti bahwa ras sebelum manusia, Neanderthal, mempercayai kehidupan setelah kematian. Oleh karena itu, kepercayaan tersebut dapat berasal dari 300.000 dan 100.000 tahun yang lalu. Kematian di Mesir kuno didefinisikan sebagai perjalanan ke alam kematian, di mana segala sesuatu di dalam makam orang tersebut hidup kembali, mirip dengan kehidupan yang mereka alami sebelum kematian.
Kehidupan di Mesir Kuno
Buku-buku tentang Mesir kuno mengklaim bahwa orang Mesir memuja kehidupan, menyukai kesenangan, dan kecanduan kesenangan. Meskipun tidak ada cukup bukti sejarah untuk membuktikan bahwa mereka suka bersenang-senang seperti yang diklaim, mereka sangat menikmati hidup.
Orang Mesir yang hidup antara 2.000 hingga 5.000 tahun yang lalu sangat berkomitmen untuk hidup. Karenanya, akhirat yang mereka bangun dalam keyakinan mereka melestarikan kehidupan itu sendiri, di lingkungan yang berbeda. Bahkan mereka yang hidup miskin pun bisa hidup lebih kaya setelah kematian jika mereka dipersiapkan dengan baik.
Bagaimana Kehidupan Setelah Kematian di Mesir Kuno?
Orang Mesir kuno percaya bahwa tubuh dan jiwa akan bersatu kembali dan hidup kembali. Setelah dibangkitkan, mereka akan menggunakan semua yang ada di makam mereka untuk membuat akhirat senyaman mungkin. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup juga akan terjadi setelah kematian: berburu, memancing, mondar-mandir, berpesta, mendengarkan musik, berhubungan seks, makan, dan, tentu saja, minum dan mabuk. Namun, tidak akan ada penyakit di dunia baru.
Shabtis: Trik Akhirat!
Objek paling umum yang ditemukan di makam Mesir adalah shabti. Shabti adalah figur mini, biasanya tingginya hanya dua sampai tiga inci, dikubur bersama orang tersebut di dalam toples. Mereka menyerupai Osiris, dewa kematian Mesir. Ketika sampai pada pekerjaan dunia bawah, seseorang dengan shabti dapat mengirim mereka untuk melakukan pekerjaan itu dan entah bagaimana 'menggantikan' mereka di bagian yang sulit di akhirat. Jika orang mati cukup kaya, mereka akan mendapatkan 365 shabti di makam mereka, bukan satu: satu untuk setiap hari dalam setahun.
Segala sesuatu yang dikuburkan bersama orang mati memiliki peran seperti yang dilakukan para shabti. Mengapa orang Mesir, di antara semua bangsa kuno lainnya, menghabiskan begitu banyak waktu, investasi, dan tenaga untuk orang mati?
Upaya Mesir untuk Melestarikan Tubuh
Sekitar 3500 SM, orang Mesir melakukan percobaan pada mayat di Hierakonpolis di Mesir Hulu, untuk mengetahui bagaimana tubuh dapat diawetkan setelah kematian, mereka menggunakan resin dan pembungkus linen untuk melakukannya. Bukti menunjukkan bahwa percobaan ini dimulai setelah orang Mesir menemukan mayat yang diawetkan secara alami di pasir panas.
Source | : | Wondrium Daily |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR