Piramida berundak Djoser membuat perampok hampir tidak mungkin mencapai ruang pemakaman dengan menggali dari atas. Perlindungan dari perampok kuburan mungkin menjadi alasan mengapa orang Mesir kuno membangun piramida berundak.
Piramida berundak mungkin menawarkan perlindungan yang lebih baik, tetapi akhirnya bisa dibobol oleh para perampok makam. Saat ini sebagian besar barang pemakaman, termasuk mumi Djoser, sudah lama hilang.
Namun, tidak semua mumi dijarah dari makam itu. Penggalian baru-baru ini mengungkapkan tiga mumi yang berasal dari periode akhir (712–332 Sebelum Masehi) yang dikuburkan di dalam ruang pemakaman Djoser.
Terowongan dan istana bawah tanah
Di dalamnya terdapat dua lorong mengarah ke bawah tanah dan bercabang ke tiga arah. Itu berisi tiga galeri penyimpanan, terowongan khusus untuk persembahan, dan ruang yang belum selesai. Ruangan yang belum selesai itu mungkin semacam istana bawah tanah.
Istana bawah tanah memiliki tiga pintu palsu yang berisi prasasti yang menggambarkan raja sedang melakukan ritual. Ruangan itu didekorasi dengan ubin faience biru. Ruang bawah tanah ini tampaknya diselesaikan dengan tergesa-gesa.
Sebuah terowongan di sisi timur piramida berisi 40.000 bejana batu, banyak di antaranya milik leluhur raja. Arkeolog menemukan sisa-sisa manusia dan sarkofagus di dekatnya. “Itu termasuk tulang pinggul seorang wanita yang berusia sekitar 18 tahun ketika dia meninggal,” catat Lehner. Beberapa jenazah wanita berasal dari generasi sebelum masa Djoser. Sisa-sisa itu meninggalkan pertanyaan tentang siapa mereka dan mengapa berada di makam tersebut.
Dari tahun 2006 hingga 2020, Mesir memimpin proyek pelestarian piramida. Pada satu titik selama upaya konservasi, kantung udara raksasa digunakan untuk menahan atap piramida sementara para pekerja memperbaiki struktur piramida.
Beberapa balok piramida telah lepas dan dipasang kembali selama upaya konservasi.
Tim mengumpulkan semua balok yang lepas di bawah pasir, melakukan perawatan, dan memilih yang terbaik untuk ditempatkan kembali ke piramida.
Piramida berundak Djoser jadi pelopor pembangunan piramida lainnya
Pembangunan piramida berundak menandai dimulainya program pembangunan piramida ambisius yang berujung pada Piramida Agung di Giza. Imhotep, orang yang dipercaya merancang piramida berundak, pada akhirnya dianggap sebagai semacam dewa.
Ahli Mesir kuno Marc Van De Mieroop menuturkan bahwa Firaun Djoser memberikan kehormatan langka kepada Imhotep. Sang Firaun mengizinkan nama dan gelarnya diukir di dasar salah satu patung raja. Salah satu gelarnya adalah pemimpin pemahat, ungkapan yang cocok untuk seseorang yang merancang piramida Mesir pertama.
Djoser juga terus dihormati oleh bangsa Mesir kuno. Bahkan, berabad-abad setelah dia meninggal, para pejabat masih ingin dimakamkan di dekat piramida berundaknya.
Pada tahun 2022, para arkeolog menemukan makam salah satu pejabat bernama Mehtjetju di dekat piramida berundak. Dia hidup sekitar 4.300 tahun yang lalu, berabad-abad setelah pemerintahan Djoser.
Di balik semua itu, muncul satu pertanyaan yang belum terjawab: Di mana Imhotep dimakamkan? Mengingat hubungan Imhotep dengan piramida berundak, ahli Mesir Kuno menduga bahwa ia mungkin dimakamkan di dekat karyanya yang paling terkenal. Salah satu kemungkinannya adalah bahwa Imhotep dikubur di bawah piramida berundak, sebuah gagasan yang bisa ditemukan jawabannya oleh peneliti piramida di masa depan.