Nationalgeographic.co.id—Ketika mendengar kata firaun, beberapa nama seperti Ramses, Tutankhamun, atau Cleopatra mungkin terlintas di benak. Dalam sejarah penguasa Mesir kuno, sebagian besar firaun hampir selalu digambarkan sebagai laki-laki. Sebagian besar perempuan dikecualikan, termasuk Firaun Sobekneferu. Sobekneferu adalah firaun wanita pertama yang memerintah Mesir dengan haknya sendiri. Meski penguasa wanita terbilang langka di masa itu, kisahnya hilang bak disembunyikan oleh para penguasa penerusnya.
Tidak bisa dipandang sebelah mata, firaun perempuan ini memainkan peranan penting dalam sejarah politik Mesir dan sejarah dunia.
Klaim Sobekneferu atas takhta firaun Mesir kuno
Sobekneferu (juga Nefrusobk, Neferusobek, Sobekkara) memerintah sebagai firaun Mesir dari 1760-1756 Sebelum Masehi. Ia merupakan ratu terakhir dari Dinasti ke-12 (1938-1756 Sebelum Masehi).
Namanya berarti "Keindahan Sobek". Namanya berkaitan dengan dewa Sobek.
Dewa Sobek ini diasosiasikan dengan buaya Nil atau buaya Afrika Barat dan direpresentasikan baik dalam wujudnya sebagai dewa berkepala buaya. Sobek juga diasosiasikan dengan kekuatan firaun, kesuburan, dan kehebatan militer. Bangsa Mesir menyembahkan untuk mendapatkan perlindungan dari bahaya yang ditimbulkan oleh Sungai Nil.
Raja-raja dari dinasti ke-12 menjadikan Fayoum sebagai pusat ekonomi dan agama mereka dan di sinilah buaya disembah dan dijaga.
Struktur kerajaan Mesir tidak diragukan lagi dimaksudkan untuk laki-laki. Firaun dipandang sebagai manifestasi duniawi dari dewa jahat Horus. Karena itu, diharapkan setiap raja atau firaun akan digantikan oleh putra sulungnya.
Namun tidak jarang sistem ini gagal sehingga seorang wanita akan menduduki takhta Mesir kuno. Salah satunya adalah Sobekneferu.
Ayah Sobekneferu adalah Amenemhet III. Namun, tidak jelas istri mana yang merupakan ibu sang firaun wanita pertama dari Mesir kuno itu.
Setelah kematian Amenemhet III, takhta diberikan kepada saudara laki-laki Sobekneferu. Beberapa mengeklaim bahwa saudaranya itu juga suaminya. Namun tidak ada bukti akurat tentang hal itu. Seperti yang sudah disebutkan, tidak banyak dokumentasi tentang firaun wanita dari zaman Mesir kuno.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR