Berkat beberapa subsistem detektor, para peneliti kemudian dapat mendeteksi inti antihelium-3 yang telah terbentuk dan mengikuti jejak mereka dalam bahan detektor. Hal ini memungkinkan untuk mengukur probabilitas bahwa inti antihelium-3 akan berinteraksi dengan bahan detektor dan menghilang. Ilmuwan dari TUM dan The Excellence Cluster Origins telah berkontribusi secara signifikan terhadap analisis data eksperimental ini.
"Ini adalah contoh yang sangat baik dari analisis interdisipliner yang menggambarkan bagaimana pengukuran pada akselerator partikel dapat langsung dihubungkan dengan studi sinar kosmis di ruang angkasa," kata ilmuwan ORIGINS, Prof. Laura Fabbietti dari TUM School of Natural Sciences.
Hasil percobaan ALICE di LHC ini sangat penting untuk pencarian antimateri di luar angkasa dengan modul AMS-02 (Alpha Magnetic Spectrometer) di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Mulai tahun 2025, percobaan balon GAPS di atas Kutub Utara juga akan memeriksa sinar kosmis yang masuk untuk antihelium-3.
Hasil studi ini telah dipublikasikan di jurnal Nature Physics pada 12 Desember dengan judul “Measurement of anti-3He nuclei absorption in matter and impact on their propagation in the Galaxy.”