Faktanya, beberapa situs Mesir yang paling terpelihara dan paling banyak dikunjungi saat ini adalah produk dari Dinasti Ptolemaik. Kuil Amon di Karnak, kompleks kuno terpenting di Luxor, diperluas secara signifikan oleh Ptolemaios.
Perpindahan penduduk
Mesir mengalami ledakan perpindahan penduduk di bawah kepemimpinan Ptolemaios. Berbondong-bondong orang Yunani tidak hanya dari Makedonia tetapi pulau-pulau Aegean, Asia Kecil dan Trakia berlayar ke Aleksandria. Ini terjadi setelah Ptolemaios membangun dinastinya dengan kokoh.
Sejumlah besar orang Yahudi juga bermigrasi ke Mesir. Mereka disambut oleh Ptolemaios I Soter yang, dalam tradisi Aleksander, menjunjung tinggi mereka. Sebagian besar penerusnya memberikan toleransi serupa.
Gelombang ekpansi orang Yahudi selanjutnya pada abad ke-2 Sebelum Masehi. Mereka adalah penduduk yang melarikan diri dari penganiayaan di bawah pendudukan Seleukia di Yudea.
“Akan tetapi, sebagian besar migrasi awal berkaitan dengan kerajaan Mesir yang membengkak,” ujar Arnold.
Pada puncaknya, Dinasti Ptolemaik menaklukkan hamparan tanah dari Sinai hingga Suriah, seluruh pulau Siprus, sebagian besar Anatolia selatan, beberapa pulau Aegean serta pesisir Cyrenia.
Sebagian besar akuisisi teritorial dilakukan di bawah kepemimpinan tiga firaun pertama. Mereka memperluas wilayah hingga sejauh timur Babilonia dan sejauh utara Thrakia dalam kampanye militernya. Semangat penaklukkan yang diwariskan oleh Aleksander Agung tentu saja hidup dalam diri Ptolemaios. Namun, setelah kematiannya, dinasti itu mulai mandek dan kemudian menurun.
Generasi Ptolemaios selanjutnya menganggur di Aleksandria saat Romawi mengalahkan Kartago sebagai negara adidaya Mediterania. Pada Dinasti Ptolemaik Akhir, Republik Romawi memiliki pengaruh yang signifikan atas Mesir baik dalam skala internasional maupun domestik.
Penurunan dinasti ini memuncak di bawah kepemimpinan Cleopatra VII.
Selama masa pemerintahannya, dia dicintai karena benar-benar peduli pada rakyatnya. Ia adalah penguasa Ptolemaik pertama yang benar-benar berbicara bahasa Mesir.
Cleopatra dipuji sebagai reinkarnasi Isis. Plutarch bahkan menyebutkan jika sang firaun memiliki pesona yang tak tertahankan.
Ia diketahui menggunakan seks sebagai alat dalam hubungan diplomatik. Dan pada saat memikitar para pemimpin Romawi untuk mempertahankan kekuasaan di Mesir, Cleopatra menggunakan pesonanya dengan bijak.
Setelah dikalahkan oleh Oktavianus, anak angkat Julius Caesar yang kemudian menjadi Kaisar Augustus, Cleopatra bunuh diri dengan racun ular. Peristiwa ini menandai akhir definitif Mesir Ptolemaik.
Sepeninggal Cleopatra, Kaisar Augustus menguasai Mesir. Ia membunuh Caesarion, salah satu anak Cleopatra. Tiga anak lainnya dibawa ke Roma dan dipamerkan bak “piala kemenangan”.
Sebagian besar birokrasi dan infrastruktur Ptolemaik ditinggalkan selama Periode Romawi. Dan bagi kebanyakan orang Mesir, siapa pun yang memerintah di Aleksandria tidak membuat banyak perbedaan dalam hidup mereka.