Thottea beungongtanoeh, Spesies Baru Tanaman Berbunga dari Aceh

By Ricky Jenihansen, Selasa, 20 Desember 2022 | 16:00 WIB
Thottea beungongtanoeh. (Wendy A. Mustaqim)

Menurutnya, beberapa spesies kurang dikenal karena terbatasnya jumlah spesimen seperti Thottea beccarii dan Thottea tapanuliensis atau dideskripsikan berdasarkan bahan yang tidak lengkap seperti Thottea straatmanii.”

Spesies Thottea yang baru teridentifikasi adalah sub semak abadi setinggi 1,5 m atau sekitar 4,9 kaki. Thottea beungongtanoeh merupakan spesies yang endemik di Aceh bagian timur, provinsi paling utara di Sumatera.

Spesies ini berbunga dan berbuah pada bulan Juni, dan berbeda dari semua spesies yang dijelaskan sebelumnya karena memiliki gaya 33-cuping, hitungan tertinggi untuk genus.

Baca Juga: Caieiria allocaudata, Spesies Baru Dinosaurus Titan dari Brasilia

Baca Juga: Dunia Hewan: Deskripsi Spesies Baru Ular Badak di Pulau Hainan

Baca Juga: Daspletosaurus horneri, Spesies Baru Tyrannosaurus Nenek Moyang T. Rex 

Thottea beungongtanoeh dapat dikenali dari spesies lain dalam genus dengan gaya bercuping 33,” kata para peneliti.

“Ini mirip dengan Thottea grandiflora, selain memiliki lobus gaya yang lebih banyak (33 vs 20), spesies ini berbeda dalam memiliki perbungaan yang dekat dengan permukaan tanah (vs bukan dari permukaan tanah) dan tubular perianth tube (vs campanulate).”

Peneliti mengatakan, Thottea beungongtanoeh hanya diketahui dari jenis lokalitasnya. Semua individu (sekitar 15) ditemukan di dataran rendah dan hutan yang tidak dilindungi terancam oleh konversi menjadi lahan pertanian dan perkebunan.

“Meskipun hutan di sekitar lokasi tipe, dengan lanskap dan vegetasi yang sangat mirip, kurang dieksplorasi, kami menganggap bahwa spesies tersebut harus ditempatkan sebagai terancam," peneliti menambahkan.

“Mengikuti IUCN (2012) dan IUCN Standards and Petitions Committee (2022), spesies ini paling baik untuk sementara ditetapkan sebagai Kritis karena memiliki luas hunian kurang dari 10 km persegi, diketahui hanya dari satu lokasi, dan habitat yang tersedia menurun dan individu dewasa kurang dari 50.”