Evolusi Dekorasi Natal: dari Festival Romawi Saturnalia hingga Kini

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 24 Desember 2022 | 14:00 WIB
Menjelang hari Natal, dekorasi dipasang untuk memeriahkan hari raya tersebut. Namun kapan tradisi dekorasi Natal dimulai? (James Wheeler)

Nationalgeographic.co.id - Menjelang hari Natal, dekorasi dipasang untuk memeriahkan hari raya tersebut. Namun kapan tradisi dekorasi Natal dimulai? Ide menggantung dekorasi di tengah musim dingin lebih tua dari hari raya itu sendiri. Dekorasi disebutkan dalam deskripsi kuno tentang festival Romawi Saturnalia, yang diperkirakan berasal dari abad ke-5 Sebelum Masehi.

Namun ternyata, tradisi dekorasi dan berpesta di hari Natal ini tidak semulus yang dibayangkan. Sekitar 900 tahun kemudian setelah festival Saturnalia Romawi, seorang uskup Kristen di Turki mengemukakan keberatannya. Ia tidak setuju tentang anggota jemaatnya yang minum-minum, berpesta, menari, dan menghiasi pintu rumah dengan dekorasi dengan gaya pagan saat Natal.

Paus Gregorius Agung abad ke-6 mengambil langkah yang berbeda. Seorang biarawan Inggris mencatat bahwa orang-orang pagan Inggris merayakan awal tahun mereka di titik balik matahari musim dingin dan menyebutnya "malam para ibu".

Paus Gregorius merekomendasikan agar perayaan ini diciptakan kembali alih-alih dilarang. Jadi konstruksi dahan hijau dan hiasan alam difokuskan di gereja. Tanaman digunakan untuk mempertahankan makna perayaannya hingga hari ini.

Alam, tentu saja, memiliki peran penting pada dekorasi Natal. Di negara-negara seperti Inggris, tanaman yang tumbuh di pertengahan musim dingin terbatas. Daun yang tersedia–holly, ivy dan mistletoe–menjadi pilihan dekorasi yang jelas. Mistletoe telah lama dipuja oleh para druid, sedangkan holly dan ivy dirayakan dalam lagu-lagu Inggris setidaknya sejak abad ke-15.

Tanaman murah harganya dan mudah diperoleh. Mungkin karena alasan itu tidak disebutkan dalam deskripsi dekorasi rumah dari Eropa abad pertengahan. "Rumah tangga aristokrat lebih suka memamerkan kekayaan dengan mengeluarkan permadani, perhiasan, dan piring emas terbaiknya," tulis Anne Lawrance-Mathers di laman Ancient Origins.

Perayaan Natal hingga abad ke-17 berfokus pada dekorasi orang alih-alih rumah dan lingkungannya. Kostum aneh, topeng, pakaian pembalik peran, dan lukisan wajah semuanya berulang kali disebutkan.

Baca Juga: Mengapa Kita Merasa Natal Seolah Datang Lebih Cepat setiap Tahunnya?

Baca Juga: Piet Hitam Si Pembantu Sinterklas, Rasisme dalam Budaya Natal Belanda

Baca Juga: Natal Tiba, Inilah Tradisi Kerajaan Inggris dalam Menyambut Natal

Penekanan awal pada dekorasi rumah memang muncul dalam lagu Natal oleh penyair Inggris Thomas Tusser, yang ditulis pada tahun 1558. "Dapatkan ivy dan holly, hiasi rumahmu." Dalam syairnya, ia menekankan bahwa mendekorasi rumah keluarga dianggap sebagai pekerjaan perempuan. Dan ini pun telah menjadi tradisi yang terus-menerus.

Pada abad berikutnya, perayaan Natal menjadi perdebatan sengit antara para reformis dan tradisionalis. Para reformis menyerang apa yang mereka lihat sebagai pesta pora pagan.