Dunia Hewan: Gajah Hidup Lebih Bernilai Berkali Lipat Ketimbang Mati

By Wawan Setiawan, Sabtu, 24 Desember 2022 | 10:00 WIB
Tim peneliti dunia hewan internasional telah memetakan nilai dan manfaat gajah untuk membantu mengatasi tantangan dan konflik konservasi. (University of Portsmouth)

Nationalgeographic.co.id - Penelitian baru di dunia hewan yang meneliti jasa dan manfaat gajah mengungkapkan banyak nilai yang sering diabaikan saat memutuskan bagaimana mereka harus dilindungi.

Kolaborasi antara universitas di Inggris dan Afrika Selatan, termasuk University of Portsmouth, menemukan bahwa strategi konservasi sering kali memiliki fokus yang sempit dan cenderung memprioritaskan nilai-nilai alam tertentu, seperti nilai ekonomi atau ekologi, daripada nilai moral.

Ketika mengamati gajah secara khusus, penelitian ini menemukan keuntungan finansial termasuk ekowisata, perburuan trofi, dan sebagai sumber gading atau tenaga kerja, seringkali bertentangan dengan kontribusi ekologi, budaya, dan spiritual hewan.

Penulis berpendapat bahwa tidak sepenuhnya memahami atau mempertimbangkan sistem nilai dari semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam konservasi. Termasuk masyarakat lokal, menyebabkan ketimpangan sosial, konflik, dan strategi yang tidak berkelanjutan.

"Kami memilih untuk melihat gajah sebagai studi kasus karena konservasi mereka bisa sangat menantang dan kontroversial,” kata rekan penulis studi Antoinette van de Water, dari Universitas KwaZulu-Natal di Afrika Selatan. "Kami tidak mengatakan kontribusi ekonomi tidak penting, tetapi ada banyak nilai berbeda yang berperan dan semuanya perlu dipertimbangkan dalam strategi konservasi jika ingin berhasil."

Studi ini juga menyoroti pengambil keputusan konservasi cenderung mengambil satu pandangan dunia ketika mempertimbangkan nilai alam.

Gading dari gajah rebus dijual di pasar gelap seharga sekitar $21.000. Seekor gajah hidup, di sisi lain, bernilai lebih dari $1,6 juta dalam peluang ekowisata. (IT-Online)

"Baik itu ekonomi, ekologi, ataupun sosial, pendekatan menyeluruh terhadap nilai dapat memengaruhi keberhasilan strategi konservasi,” jelas rekan penulis Dr. Lucy Bates, dari University of Portsmouth. "Pertimbangkan sesuatu seperti perdagangan gading misalnya. Perdagangan gading internasional adalah ilegal, tetapi banyak negara Afrika bagian selatan ingin memulai kembali perdagangan yang menyebabkan pertikaian di seluruh benua Afrika. Jika Anda kurang berfokus pada potensi nilai ekonomi gading, dan beralih ke cara lain gajah dapat mendukung masyarakat, itu bisa menjadi pengubah permainan.”

“Pada skala yang lebih kecil, Anda juga dapat menerapkan kerangka kerja ini untuk menentukan kawasan lindung dan lahan apa yang dapat disediakan untuk gajah. Dengan mendengarkan mereka yang tinggal di kawasan ini, Anda dapat memperoleh pemahaman yang jelas tentang bagaimana keputusan akan memengaruhi kehidupan manusia juga, dan mencari cara untuk menyelesaikan masalah apa pun," tambahnya.

Baca Juga: Dunia Hewan: Uniknya Biomekanika Otot dan Kulit Belalai Gajah

Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Tubuh Gajah Sangat Besar? Apa Untung dan Ruginya?

Baca Juga: Trik Belalai Gajah untuk Mendapatkan Daya Tampung Air Lebih Banyak

Makalah yang diterbitkan di jurnal Ecosystems Services pada 19 Oktober, mengatakan bahwa manfaat non-materi alam bisa meliputi beberapa hal di antaranya rekreasi, inspirasi, kesehatan mental, dan kohesi sosial. Namun itu menunjukkan nilai-nilai moral yang lebih luas, seperti hak asasi manusia, keadilan lingkungan, hak alam dan warisan antargenerasi, juga memiliki peran besar dalam keberhasilan konservasi.

Studi ini merekomendasikan untuk memasukkan nilai-nilai moral terkait konservasi keanekaragaman hayati ke dalam kerangka penilaian untuk menciptakan lingkaran positif antara manfaat bagi manusia dan alam.

Para peneliti percaya bahwa pendekatan ini akan membantu pembuat kebijakan dan manajer memiliki pemahaman yang lebih baik tentang apa arti gajah bagi manusia, mengapa gajah itu sendiri penting, dan nilai serta kepentingan apa yang dipertaruhkan. Ini juga dapat diterapkan pada spesies dan ekosistem lain.

"Yang benar-benar dibutuhkan adalah perubahan pemikiran," tambah Antoinette van de Water. "Kebijakan konservasi sering kali didasarkan pada label harga. Sistem penilaian pluralis kami memberikan solusi yang tidak didasarkan pada keuntungan ekonomi atau status politik untuk segelintir orang, melainkan pada kebaikan bersama jangka panjang dan tujuan serta aspirasi masyarakat."