Butiran Asteroid Kuno Memberi Wawasan tentang Evolusi Tata Surya Kita

By Wawan Setiawan, Minggu, 25 Desember 2022 | 13:00 WIB
Asteroid Ryugu - Gambar diambil pada jarak 20 kilometer pada 26 Juni 2018, diameter 870 meter. (Hayabusa2/JAXA.)

Nationalgeographic.co.id - Fasilitas sinkrotron nasional Inggris, Diamond Light Source, digunakan oleh kolaborasi besar internasional untuk mempelajari serpihan yang dikumpulkan dari asteroid dekat Bumi untuk memajukan pemahaman kita tentang evolusi tata surya kita.

Para peneliti dari University of Leicester membawa fragmen asteroid Ryugu ke Diamond's Nanoprobe beamline I14 di mana teknik khusus yang disebut X-ray Absorption Near Edge Spectroscopy (XANES) digunakan untuk memetakan keadaan kimia dari unsur-unsur dalam bahan asteroid, untuk memeriksa komposisinya dengan sangat rinci. Tim juga mempelajari butiran asteroid menggunakan mikroskop elektron di Diamond's electron Physical Science Imaging Center (ePSIC).

"X-ray Nanoprobe memungkinkan para ilmuwan untuk memeriksa struktur kimia sampel mereka pada skala panjang mikron hingga nano, yang dilengkapi dengan resolusi pencitraan nano hingga atom di ePSIC,” kata Julia Parker, seorang Ilmuwan Utama Beamline I14 di Diamond. “Sangat menarik untuk dapat berkontribusi pada pemahaman tentang sampel unik ini, dan dapat bekerja dengan tim di Leicester untuk mendemonstrasikan bagaimana teknik di beamline, serta secara korelatif di ePSIC, dapat bermanfaat bagi misi pengembalian sampel di masa mendatang."

Data yang dikumpulkan di Diamond berkontribusi pada studi yang lebih luas tentang tanda pelapukan ruang angkasa di asteroid. Sampel asteroid murni memungkinkan kolaborator untuk mengeksplorasi bagaimana pelapukan ruang angkasa dapat mengubah komposisi fisik dan kimiawi permukaan asteroid berkarbon seperti Ryugu.

Para peneliti menemukan bahwa permukaan Ryugu mengalami dehidrasi dan kemungkinan penyebabnya adalah pelapukan luar angkasa. Temuan ini telah diterbitkan di jurnal Nature Astronomy pada 19 Desember dengan judul makalah “A dehydrated space-weathered skin cloaking the hydrated interior of Ryugu.”

Temuan ini telah mengarahkan penulis untuk menyimpulkan bahwa asteroid yang tampak kering di permukaan mungkin kaya akan air, berpotensi memerlukan revisi pemahaman kita tentang kelimpahan jenis asteroid dan sejarah pembentukan sabuk asteroid.

Gambar diambil di E01 ePSIC dari mineral serpentin Ryugu dan Fe oksida. (ePSIC/University of Leicester.)

Ryugu adalah asteroid dekat Bumi, berdiameter sekitar 900 meter. Asteroid ini pertama kali ditemukan pada tahun 1999 di dalam sabuk asteroid antara Mars dan Jupiter. Namanya terinspirasi dari istana bawah laut Dewa Naga dalam mitologi Jepang.

Pada tahun 2014, badan antariksa negara Jepang JAXA meluncurkan Hayabusa2, sebuah misi pengembalian sampel asteroid, untuk bertemu dengan asteroid Ryugu dan mengumpulkan sampel material dari permukaan dan bawah permukaannya. Pesawat ruang angkasa ini kembali ke Bumi pada tahun 2020, melepaskan kapsul yang berisi pecahan asteroid yang berharga. Sampel kecil ini didistribusikan ke laboratorium di seluruh dunia untuk studi ilmiah, termasuk Sekolah Fisika & Astronomi Universitas Leicester dan Taman Luar Angkasa di mana John Bridges, salah satu penulis studi adalah seorang Profesor Ilmu Planet.

Baca Juga: Ilmuwan Selidiki Meteorit Kuno untuk Mengungkap Asal-usul Air di Bumi

Baca Juga: Ketika Pesawat Luar Angkasa NASA Menabrak Asteroid Selebar 160 Meter

Baca Juga: Asteroid di Dekat Bumi Mungkinkah Pecahan Bulan yang Hilang?