Fakta: Orang Gangguan Jiwa, Tertarik pada Pasangan Punya Gangguan Jiwa

By Hanny Nur Fadhilah, Jumat, 30 Desember 2022 | 07:00 WIB
Studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Psychiatry menunjukkan orang bergangguan kejiwaan akan cenderung menikah dengan orang bergangguan kejiwaan juga. (Unsplash)

Nationalgeographic.co.id–Kesehatan mental mengacu pada kesejahteraan emosional dan psikologis seseorang. Memiliki kesehatan mental yang baik membantu Anda menjalani hidup yang relatif bahagia dan sehat. Hal tersebut juga membantu Anda menunjukkan ketahanan dan kemampuan untuk mengatasi kesulitan hidup.

Kesehatan mental dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk peristiwa kehidupan atau bahkan genetika. Kini, kesehatan mental pun menjadi sorotan hingga menghadapi masalah penyakit mental.

Dikutip Healthline, penyakit mental adalah istilah luas yang mencakup berbagai macam kondisi yang memengaruhi cara Anda merasa dan berpikir. Itu juga dapat memengaruhi kemampuan Anda untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Penyakit mental dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berbeda, termasuk genetika, lingkungan, kebiasaan sehari-hari dan biologi.

Tahukah Anda? Sebuah studi terbaru dari Swedia menunjukkan bahwa orang dengan gangguan kejiwaan mungkin cenderung menikah dan memiliki anak dengan orang lain yang juga memiliki gangguan kejiwaan.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Psychiatry tersebut tidak meneliti mengapa orang dengan kondisi kejiwaan, seperti skizofrenia dan depresi, cenderung kawin dengan orang lain dengan kondisi seperti itu.

“Tapi satu alasan yang mungkin adalah bahwa orang mungkin hanya memilih pasangan yang memiliki sifat tertentu dengan mereka,” kata Ashley E. Nordsletten, salah satu penulis studi di Karolinska Institutet Stockholm seperti dilansir Live Science.

Dalam studi tersebut, para peneliti melihat data kesehatan dari sekitar 700.000 orang yang dirawat di rumah sakit Swedia antara tahun 1973 dan 2009. Populasi ini mencakup lebih dari 70.000 orang dengan skizofrenia, orang dengan 10 gangguan kejiwaan besar lainnya, dan orang dengan penyakit fisik kronis, seperti penyakit Crohn, diabetes atau multiple sclerosis.

Para peneliti juga mengkaji data dari catatan perkawinan dan sumber lain, untuk melihat pola perkawinan di antara orang-orang dengan kondisi kejiwaan, dan di antara mereka yang memiliki penyakit fisik.

Ternyata orang dengan gangguan kejiwaan lebih mungkin untuk menikah dan memiliki anak dengan orang dengan gangguan yang sama atau gangguan kejiwaan yang berbeda, daripada menikah dan memiliki anak dengan orang tanpa gangguan kejiwaan.

Namun, para peneliti tidak menemukan pola perkawinan yang sama di antara orang-orang dengan penyakit fisik. Misalnya, orang dengan penyakit Crohn tidak mungkin menikah atau memiliki anak dengan orang lain yang menderita penyakit Crohn atau orang yang memiliki penyakit fisik serius lainnya, seperti diabetes.

Baca Juga: Analisis DNA 76 Ribu Penderita Skizofrenia Mengungkap Gen Spesifik

Baca Juga: Suka Selfie di Lokasi Bencana Alam, Pertanda Gangguan Kejiwaan?

Baca Juga: Rumah Sakit Jiwa Gonjiam, Salah Satu Tempat Terseram di Korea Selatan

Baca Juga: Analisis DNA 76 Ribu Penderita Skizofrenia Mengungkap Gen Spesifik 

Studi baru menunjukkan bahwa "orang dengan gangguan kejiwaan yang parah cenderung untuk kawin satu sama lain, dan cenderung untuk kawin dengan orang tanpa gangguan kejiwaan," terang Scott Wetzler, psikolog di Sistem Kesehatan Montefiore di New York yang tidak terlibat dalam studi.

Orang dengan gangguan kejiwaan yang parah cenderung mengalami kesulitan membangun hubungan sosial dengan orang lain pada umumnya, dan orang tanpa kondisi kejiwaan kurang bersedia menikah dengan orang dengan kondisi seperti itu. Kedua faktor ini juga dapat membantu menjelaskan hasil baru.

Dr. Matthew Lorber, psikiatri Rumah Sakit Lenox Hill di New York mengatakan bahwa meskipun alasan pasti di balik temuan baru ini masih belum jelas, hasilnya sangat penting untuk dipertimbangkan saat melakukan penelitian genetik di masa depan dan saat memikirkan insiden penyakit psikiatrik yang lebih tinggi dalam keluarga.

Jika dua orang yang sama-sama memiliki kondisi kejiwaan memiliki anak bersama, risiko anak tersebut juga mengalami kondisi tersebut meningkat.