Lato-lato, Senjata Koboi Argentina, dan Kekacauan Sosial akibatnya

By Utomo Priyambodo, Minggu, 1 Januari 2023 | 07:00 WIB
Boleadoras atau bolas, senjata gauco atau koboi Argentina. (Luis Marden/National Geographid)

Ada juga kesalahan desain dasar pada mainan ini. Karena terbuat dari plastik akrilik keras, kadang-kadang bola mainan ini diketahui meledak dan menyebabkan sejumlah cedera saat pecahannya terbang dari talinya.

Para pengguna lain juga menemukan bahwa bola plastik keras yang bergerak cepat sebenarnya bisa mematahkan tulang anak-anak. Menanggapi kekhawatiran nasional ini, pada tahun 1971 Departemen Dalam Negeri Inggris (Home Office) meluncurkan penyelidikan apakah mainan ini harus dilarang sepenuhnya.

Kota kecil Torquay yang genarasi mudanya juga kegandrungan mainan ini, turut terjebak dalam kepanikan yang melanda Ingris. Pada tahun 1971 Torquay Times menyelidiki dan memuat berita halaman depan tentang bahaya mainan ini bagi generasi muda Torquay.

“Saya sungguh-sungguh akan meminta semua orang tua untuk mencegah anak-anak mereka menggunakan mainan tersebut," kata, Petugas Keamanan Publik Torquay, Leonard Newman. "Berbagai kecelakaan telah terjadi dan itu hanyalah gangguan. Dengan menggunakannya, anak-anak menciptakan gangguan dan membiarkan diri mereka rentan terhadap kecelakaan.”

Menanggapi hal ini, salah satu pabrikan mainan ini yang juga berlokasi di Torquay membela produknya dan mengatakan bahwa jenis mainan yang lebih murahlah yang berbahaya. “Produk kami anti pecah dan terbuat dari polistirena yang keras. Tidak ada gelembung udara di dalamnya. Mereka benar-benar kokoh dan Anda bisa memukulnya dengan palu. Kami menggunakan tali nilon. Anda tidak dapat memecahkannya dengan tangan Anda. Mereka pasti aman.”

Meski diklaim tidak mudah pecah, sifat mainan yang sangat kokoh atau keras ini di sisi lain juga dianggap makin berbahaya. Ini membuat mainan tersebut bisa menjadi senjata semacam boleadoras yang lebih efektif atau lebih mengerikan.

Terlepas dari kerusakan ekonomi yang akan ditimbulkan oleh larangan terhadap bisnis lokal, mainan ini kemudian tetap dilarang di sekolah-sekolah lokal. GC Smith, kepala sekolah Torquay Boys Grammar School berkata, “Saya tidak akan mentolerir mereka di dalam gedung. Seorang anak berusia 14 tahun memiliki pergelangan tangan yang diperban karena memar yang disebabkan oleh klackers ini. Saya pikir itu adalah hal-hal yang konyol.”

AE Gibson, kepala sekolah Audley Park School (sekarang Torquay Academy), juga melarang mainan ini dengan alasan keamanan. Selain itu, ia juga menyoroti kebisingan yang dihasilkan dari bunyi mainan ini.

Pada tahun 1972 kegemaran terhadap mainan itu berakhir dengan tiba-tiba. Produsen klackers utama, James dari Inggris, dipaksa untuk memberhentikan 170 pekerja dan tersisa 400.000 klackers di gudang mereka.

Di Amerika, klackers secara resmi dilarang pada tahun 1985 dan bergabung dalam daftar '10 Mainan Anak-Anak Terlarang Paling Berbahaya Amerika Serikat Sepanjang Masa'. Apakah di Indonesia tren mainan ini juga akan berakhir sama?