Lima Kematian Tersadis Martir Kristen: Dikuliti hingga Direbus

By Utomo Priyambodo, Kamis, 29 Desember 2022 | 09:00 WIB
Gambar eksekusi Santa Eulalia pada relief di Katedral Barcelona, dibuat oleh Pedro Villar, 1564. (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id—Banyak orang rela mempertaruhkan nyawanya demi membela atau mempertahankan agama atau keyakinannya. Kini hal itu banyak dialami oleh kalangan Muslim Rohingya di Myanmar dan Muslim Uigur di Tiongkok. Namun, dulu orang-orang Kristen termasuk yang bernasib sama, terutama yang hidup di wilayah Romawi.

Bagi orang-orang Kristen dahulu, mempertahankan apa yang mereka yakini tidaklah selalu mudah. Mereka menghadapi penganiayaan selama berabad-abad di tangan berbagai penguasa Romawi.

Orang-orang Kristen di zaman dulu, terutama di masa awal penyebaran agama tersebut, menghadapi kematian paling sadis dan keji yang bisa dibayangkan di tangan para penganiaya mereka. Mereka yang lebih suka menghadapi kematian daripada mengingkari imannya diberi nama martir.

Banyak dari para martir awal ini dikanonisasi dan dijadikan orang-orang suci. Selama berabad-abad, kisah pengorbanan mereka menyebar ke seluruh dunia Kristen, menjadi inspirasi bagi banyak pengikut. Berikut adalah beberapa kematian terburuk yang diderita oleh para martir ini, seperti dikutip dari Ancient Origins.

1. Santo Bartolomeus sang Rasul

Menurut Alkitab, Yesus memiliki dua belas rasul. Para rasul menikmati hubungan dekat dengan Yesus, tidak hanya sebagai sahabat-sahabatnya, tetapi juga sebagai pengikutnya yang paling setia.

Ternyata, berteman dengan "bos" tidak selalu merupakan ide yang bagus. Dari kedua belas rasul itu hanya satu, Yohanes, yang berhasil mencapai usia lanjut. Semua sisanya yang lain dieksekusi. Dari sebelas lainnya, Bartolomeus menderita kematian terparah.

Secara historis, tidak banyak yang diketahui tentang Bartolomeus. Sebagai seorang rasul, adalah tugasnya untuk menyebarkan firman Kristus, tetapi tidak jelas di mana dia melakukannya. Beberapa sumber kuno mengatakan dia berkhotbah di Etiopia, Mesopotamia, Iran, dan Turki. Yang lain mengatakan dia mulai dengan menuju ke India tetapi berakhir di Armenia.

Kisahnya ke Armenia itulah yang kini banyak diceritakan. Dikatakan bahwa selama di Armenia dia mengubah rajanya, Polymius, menjadi Kristen. Ini tidak diterima dengan baik oleh para pemimpin lokal lainnya, termasuk saudara laki-laki raja, Astyages. Astyages meminta Bartolomeus dipanggil ke istananya dan dia menuntut Bartolomeus untuk berkorban kepada dewa-dewa kafir.

Bartolomeus menolak, dan hal itu menjadikan dirinya seorang martir. Algojo pengadilan diperintahkan untuk menangkapnya dan mengulitinya hidup-hidup secara perlahan. Saat dia dikuliti hidup-hidup, konon Bartolomeus terus menyatakan imannya kepada Tuhan. Ini sangat mengganggu Astyages sehingga dia memenggal kepalanya hanya untuk membungkamnya, mempersingkat siksaannya.

Tidak jelas seberapa akurat cerita ini. Secara historis, pengulitan Bartolomeus tidak disebutkan sampai sekitar tahun 600 Masehi. Versi lain dari cerita itu mengatakan dia dipenggal, disalibkan, atau dimasukkan ke dalam karung berisi pasir dan dibuang ke laut. Namun, kisah mengulitinya adalah yang paling populer. Bartolomeus adalah santo tukang daging, pengrajin kulit, dan penyamak kulit. Jika cerita soal pengulitan Bartolomeus dibuat oleh Vatikan, hal ini menunjukkan bahwa seseorang di Vatikan memiliki selera humor yang gelap.

2. Santo Antipas dari Pergamus