Meskipun Tutankhamun dan Ankhesenamun masih anak-anak, mereka memerintah Mesir selama sepuluh tahun berikutnya. Selama masa pemerintahan mereka, sejarah menunjukkan bahwa Tutankhamun memiliki penasihat resmi bernama Ay yang kemungkinan besar adalah kakek dari Ankhesenamun. Bisa jadi Ay memainkan peran berpengaruh dalam kehidupan dan keputusan pasangan muda tersebut.
Baca Juga: Ribuan Harta di Makam Tutankhamun Jadi Bekal untuk di Alam Baka
Baca Juga: Ribuan Harta di Makam Tutankhamun Jadi Bekal untuk di Alam Baka
Baca Juga: Berkat Bioarkeologi, Kita Bisa Bertatap Muka dengan Firaun Tutankhamun
Baca Juga: Jalan Panjang Howard Carter Menemukan Makam Firaun Tutankhamun
Pada masa pemerintahannya, diyakini bahwa Tutankhamun dan Ankhesenamun mengandung bayi kembar (keduanya perempuan) yang lahir prematur dan meninggal. Mumi dua bayi yang ditemukan di makam Tutankhamun dan analisis DNA memastikan bahwa mereka adalah putri Tutankhamun.
Meninggal tanpa ahli waris
Sekitar usia 18 atau 19 tahun, Tutankhamun wafat mendadak. “Ini membuat Ankhesenamun ditinggalkan sendiri tanpa ahli waris di usia awal 20-an,” tulis April Holloway di laman Ancient Origins. Ratu yang berduka harus melanjutkan kapasitas resminya sebagai ratu Mesir dan memainkan peran utama dalam menemukan penggantinya.
Menghilang dalam sejarah
Sebuah cincin dan pecahan kertas emas yang ditemukan di Lembah Para Raja menggambarkan Ankhesenamen bersama penerus suaminya, Ay. Tetapi tidak ada indikasi yang jelas bahwa mereka telah menikah. Namanya tidak pernah muncul di dalam makamnya. “Para arkeolog memperkirakan bahwa ia mungkin telah meninggal selama atau tidak lama setelah pemerintahan Ay,” tambah Holloway.
Tidak diketahui di mana dia dimakamkan dan tidak ada benda penguburan dengan namanya yang diketahui keberadaannya. Ini menyisakan kemungkinan bahwa makamnya masih ada di suatu tempat di luar sana, menunggu untuk ditemukan. Ini dapat membantu mengungkap nasib akhir Ankhesenamun sepeninggal Tutankhamun.