Nationalgeographic.co.id—Howard Carter menjadi sangat terkenal setelah penemuan makam Firaun Tutankhamun. 100 tahun berlalu, penemuannya itu masih menjadi penemuan arkeologi terhebat sepanjang masa. Bagaimana Howard Carter menemukan makam Firaun Tutankhamun? Sebuah makam raja bocah dari zaman Mesir kuno yang mengguncang dunia.
Kemampuan artistik Carter adalah yang pertama membawanya ke Mesir. Melalui ayahnya, Carter bertemu dengan seorang Egyptologist bernama Percy Newberry. Pada tahun 1891, Newberry mengatur agar Carter, yang saat itu baru berusia 17 tahun, melakukan perjalanan ke Mesir. “Tujuannya untuk membantu merekam karya seni ekstensif yang ditemukan di makam dan kuil di seluruh negeri,” tulis Jo Marchant di laman Smithsonian Magazine.
Tidak menunggu lama, Carter ternyata memiliki kemampuan untuk menjadi seorang arkeolog. Di bawah bimbingan keras Flinders Petrie, ia pun belajar soal arkeologi di sana.
Pada awal 1900-an, Carter mengambil serangkaian pekerjaan dengan layanan barang antik Mesir. Menjadi kepala inspektur barang antik di Mesir Hilir, ia bertanggung jawab untuk Piramida Besar, dekat Kairo. Namun Carter kehilangan pekerjaan setelah menginstruksikan penjaga Mesir untuk membela diri terhadap sekelompok turis Prancis mabuk yang mencoba memaksa masuk ke sebuah situs. Karirnya dalam dinas berakhir, Carter pindah ke kota Luxor, di Mesir selatan. Di sana ia menjual karya seninya pada para turis yang berkunjung.
Impian besar menggali Lembah Para Raja
Impian Carter adalah selalu menggali satu situs: Lembah Para Raja. Jurang terpencil dan tandus ini, tersembunyi di balik tebing batu kapur, terletak tepat di seberang Sungai Nil dari Luxor.
Dimulai pada awal abad ke-19, ekskavator Barat menggali lusinan makam kerajaan yang digali di dindingnya.
Saat itu, hak untuk menggali di lembah selalu dipegang oleh orang lain. Carter hanya bisa menyaksikan para pesaingnya membuat serangkaian penemuan yang luar biasa.
Carter, dengan hati-hati mempelajari bekas galian yang ditinggalkan di lembah oleh ekskavator sebelumnya. Ia yakin ada tempat yang belum digeledah, terutama di lantai tengah lembah. Carter menjadi yakin di daerah ini terdapat makam seorang raja yang kurang dikenal bernama Tutankhamun. Tutankhamun memerintah tak lama setelah Akhenaten dan memulihkan tatanan tradisional Mesir.
Saat itu, Tutankhamun adalah salah satu dari sedikit firaun Dinasti ke-18 yang tidak ditemukan makam maupun mumi. Beberapa barang di antara temuan Theodore Davis memakai nama Tutankhamun. Terlebih lagi, pintu masuk ke KV55 (makam yang ditemukan Davis) memiliki cetakan segel yang terkait dengan Tutankhamun. “ini menunjukkan bahwa pintu itu telah ditutup pada masa pemerintahannya,” tulis Marchant.
Carter berhipotesis bahwa jika Tutankhamun menguburkan pendahulunya di sini, dia mungkin akan memilih lokasi yang sama untuk dirinya sendiri.
Merebut kesempatan untuk menggali Lembah Para Raja
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR