Nationalgeographic.co.id—Seperti di budaya Yunani kuno, Orang Mesir kuno juga suka menari. Beberapa lukisan makam Mesir kuno menggambarkan penari dalam kostum dan postur yang berbeda. Menari bukan hanya sebagai bentuk hiburan, tetapi juga memiliki nilai penting dalam budaya Mesir kuno.
Penari profesional di Mesir kuno biasanya adalah wanita yang tampil dengan mengenakan rok atau tunik longgar. Tidak jarang para kurcaci menghibur tarian firaun juga. Firaun Pepi II sangat senang ketika dia membawa kurcaci dari sebuah ekspedisi. Kurcaci Firaun kemungkinan besar berasal dari Negeri Punt.
Kurcaci Menari miliki Firaun Pepi II
Bangsa Mesir kuno memiliki dewa kurcaci Bes yang merupakan dewa humor, lagu, dan tarian.
Bes menggunakan musik atau pisau untuk mencegah kejahatan. Ia akan menorehkan simbol sa saat mengawasi penghuni rumah.
“Mengenakan kulit binatang dengan ekor menggantung di belakangnya, Bes kadang-kadang ditampilkan membawa harpa,” tulis Conny Waters di laman Ancient Pages.
Ketika masih kecil, Firaun Pepi II mengetahui seorang kurcaci ditangkap di negeri asing. Calon firaun itu pun menulis surat dengan instruksi terperinci tentang perawatan kurcaci. Ia menjanjikan hadiah kepada pejabat yang membawa kurcaci itu dengan selamat ke hadapannya. Surat juga menekankan tentang pentingnya perawatan 24 jam untuk menjaga agar kurcaci itu aman dari bahaya.
Meski baru berusia 6 tahun saat menulis surat kepada pejabatnya Harkhuf, tetapi calon raja itu sangat gigih.
Kesuksesan Harkhuf dalam mendapatkan kurcaci itu membuatnya mendapatkan surat ucapan terima kasih pribadi dari Pepi II. Saking terkesannya, isi surat itu diukir oleh Harkhuf di dinding makam.
Tarian menjadi sarana untuk berkomunikasi dengan dewa
Musik dan tarian sangat dihargai dalam budaya Mesir kuno. “Keduanya merupakan bagian integral dari penciptaan dan persekutuan dengan para dewa,” ungkap Joshua J. Mark di laman World History Encyclopedia.