Ada Lebih dari Satu Cleopatra di Mesir Kuno, Siapa Saja Mereka?

By Sysilia Tanhati, Senin, 9 Januari 2023 | 07:00 WIB
Cleopatra merupakan salah satu ratu Mesir kuno yang terkenal. Namun ternyata, ada lebih dari satu ratu Mesir yang menggunakan nama Cleopatra. (Alexandre Cabanel)

Nationalgeographic.co.id—Ketika diminta untuk menyebutkan nama ratu Mesir, nama Cleopatra langsung terbersit di benak. Cleopatra dikenal berkat hubungan romantisnya dengan Mark Antony dan Julius Caesar. Namun ia ternyata bukan satu-satunya ratu Mesir yang menyandang nama Cleopatra. Ternyata, ada lebih dari satu Cleopatra di Mesir kuno. Secara resmi, ada tujuh ratu yang memiliki nama Cleopatra dan menduduki takhta kerajaan Mesir kuno.  

Dinasti Ptolemaik yang berkuasa di Mesir kuno

Diwariskan dari Ptolemaios I Soter, keluarga itu menjaga kemurnian garis keturunannya melalui perkawinan campuran.

Ini berarti, sebagian besar firaun 'menjaga keluarga' dengan menikahi saudara perempuan mereka. Sehingga, nama Ptolemaios dan Cleopatra didaur ulang tanpa henti.

Cleopatra menjadi nama yang populer bagi bangsawan Mesir kuno

Cleopatra, yang artinya kemuliaan ayah, merupakan nama populer untuk bangsawan wanita di Mesir kuno selama dinasti Ptolemaik.

Sebenarnya ada tujuh Cleopatra yang menjadi ratu Mesir kuno. "Cleopatra yang paling dikenal adalah Cleopatra VII, firaun terakhir Mesir kuno," tulis Cecilia Boogard di laman Ancient Origins.

Cleopatra VII sangat ahli dalam menggunakan propaganda untuk keuntungannya. Konon ia membuat bangsa Romawi bergidik ketika dia memiliki seorang putra dari Julius Caesar. Sang putra diberi nama Ptolemy Caesar, dijuluki Caesarion atau "Caesar kecil".

Lalu siapa saja Cleopatra lainnya yang juga berkuasa di Mesir kuno?

Cleopatra I

Cleopatra pertama menjadi Ratu Mesir pada tahun 193 Sebelum Masehi, melalui pernikahannya dengan Ptolemaios V. Ia adalah seorang putri dari Kekaisaran Seleukia. Pernikahannya berfungsi untuk menyegel Perdamaian Lysimacheia, mengakhiri perang dan konflik antara Suriah dan Mesir.

Perjanjian tersebut juga memastikan bahwa Mesir tetap netral selama pertempuran antara Suriah dan Romawi.