Tingginya Karbon Hitam Asia Selatan, Massa Es di Tibet Menyusut

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 3 Januari 2023 | 12:00 WIB
Massa es di Dataran Tinggi Tibet dan Himalaya berkurang. Tidak hanya karena pemanasan global yang memicunya, tetapi juga siklus hidrologi yang berubah akibat karbon hitam. (Getty Images)

Dampak dari perubahan ini, lebih banyak uap air membentuk presipitasi di Asia Selatan, dan transportasinya ke Dataran Tinggi Tibet yang lebih kurang atau melemah. Akibatnya, curah hujan di Dataran Tinggi Tibet bagian tengah dan selatan berkurang selama musim hujan, terutama di Tibet bagian selatan.

Kurangnya curah hujan di Dataran Tinggi Tibet bisa menyebabkan penurunan massa gletser. 

"Transportasi lintas batas dan pengendapan aerosol karbon hitam dari Asia Selatan mempercepat ablasi gletser di Dataran Tinggi Tibet," kata Kang. "Sementara itu, pengurangan curah hujan musim panas di Dataran Tinggi Tibet akan mengurangi penambahan massa gletser dataran tinggi, yang akan meningkatkan jumlah defisit massa gletser."

Massa gletser di Dataran Tinggi Tibet telah menurun 11 persen dari 2007 hingga 2016 akibat penurunan curah hujan. Sementara Pegunungan Himalaya sendiri mengalami penurunan hingga 22,1 persen, menyebabkan sumber air bagi negara-negara sekitarnya terancam kekurangan sumber daya.

Selain itu, panas yang menerpa Himalaya dan Dataran Tinggi Tibet menyebabkan es lebih cepat mencair. Hal itu mengakibatkan bencana banjir di beberapa tempat yang lebih rendah.

Sementara dari laporan lain tahun 2021, gletser di Himalaya mengalami penyusutan dari 29.000 kilometer persegi menjadi 19.600 kilometer persegi. Bagian massa esnya menghilang sampai 586 kilometer perkubik. Jumlah ini setara dengan es yang ada saat ini di Pegunungan Alpen di Eropa tengah, Kaukasus, dan Skandinavia yang digabungkan.