Pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) yang sama dapat digunakan untuk skenario bencana lainnya di mana waktu sangat penting. “Langit adalah batasnya—Anda dapat menerapkan metode ini untuk prediksi bencana apa pun yang batasan waktunya sangat terbatas,” kata Mulia.
Iyan Mulia pertama kali tertarik mempelajari tsunami setelah tsunami Samudera Hindia tahun 2004 atau juga dikenal sebagai tsunami Aceh menghancurkan wilayah pesisir di negara asalnya, Indonesia. "Saya sekarang sedang mengerjakan prediksi gelombang badai, juga menggunakan pembelajaran mesin."
Mulia mencatat bahwa metode ini hanya akurat untuk tsunami besar yang lebih tinggi dari sekitar 1,5 meter. Jadi, dia dan timnya sekarang berusaha meningkatkan akurasinya untuk tsunami yang lebih kecil.
Mulia meyakini bahwa dalam konsisi tsunami atau bencana apa pun, waktu sedikit apa pun, bahkan sepersekian detik, sangatlah berharga dan krusial untuk menyelamatkan ini. Jadi, teknologi peringatan dini ini berpotensi untuk bisa menyelamatkan banyak nyama di situasi-situasi genting semacam itu.
Hasil studi Mulia dan rekan-rekan kerjanya itu telah diulas dan dipublikasikan pada 19 September 2022. Makalah studi mereka dapat dibaca di jurnal Nature Communications ini.