Nationalgeographic.co.id—Banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk bekerja ataupun belajar dengan duduk selama berjam-jam. Tapi tahukah Anda? Duduk dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko penyakit hati atau liver.
Hal ini menurut sebuah studi terbaru dari Korea Selatan yang diterbitkan dalam Journal of Hepatology. Para peneliti yang dipimpin oleh Seungho Ryu di Rumah Sakit Kangbuk Samsung dan Universitas Sungkyunkwan melaporkan bahwa terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk duduk dapat meningkatkan risiko pengembangan penyakit hati berlemak non alkohol atau Nonalcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD), daripada mereka yang duduk kurang dari lima jam sehari.
Aktivitas fisik juga berperan dalam risiko seseorang terkena NAFLD. Mereka yang aktif secara fisik memiliki kemungkinan 20 persen lebih kecil untuk mengembangkan penyakit dibandingkan dengan mereka yang tidak aktif, menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of Hepatology.
"Jumlah waktu yang dihabiskan untuk melakukan aktivitas menetap seperti duduk di depan komputer atau menonton TV telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir," kata Dr. Seungho Ryu, profesor kedokteran kerja dan lingkungan di Rumah Sakit Kangbuk Samsung di Korea Selatan dan penulis utama studi seperti dikutip Live Science.
“Sekarang lebih dari setengah hari bangun rata-rata orang melibatkan aktivitas menetap," sambung Ryu.
Dalam studi tersebut, para peneliti mengamati lebih dari 139.000 pria dan wanita Korea yang melaporkan tingkat aktivitas fisik dan waktu duduk mereka. NAFLD dikonfirmasi menggunakan USG.
Usia rata-rata peserta adalah 39,9 tahun. Pemilihan tersebut dikarenakan orang-orang dalam penelitian ini umumnya dalam keadaan sehat baik pria dan wanita muda. Sementara jika memilih paruh baya, tidak mungkin masalah kesehatan lain dapat menjelaskan hubungan antara waktu duduk dan aktivitas fisik dengan NALFD.
Studi tersebut menunjukkan bahwa aktivitas fisik secara teratur, bahkan dengan intensitas tinggi, tidak sepenuhnya melindungi dari risiko yang terkait dengan duduk terlalu lama, katanya. Jika hasil penelitian dikonfirmasi, penting untuk mendorong orang meningkatkan aktivitas fisik dan mengurangi waktu duduk untuk mengurangi risiko mengembangkan NAFLD. Bahkan melakukan aktivitas ringan daripada duduk dapat membantu mengurangi risiko NAFLD.
"Tubuh kita dirancang untuk bergerak, dan tidak mengherankan bahwa perilaku menetap, yang ditandai dengan aktivitas otot yang rendah, berdampak langsung pada fisiologi," tulis Michael Trenell, profesor metabolisme dan kedokteran gaya hidup di Universitas Newcastle di Inggris.
Baca Juga: Ilmuwan Selidiki Hubungan Covid-19 dan Penyakit Hati Berlemak
Baca Juga: Semua Jenis Kopi dapat Melindungi dari Infeksi Hepatitis Akut
Baca Juga: Kenapa Patah Hati Menyakitkan? Ternyata Bertujuan Untuk Hal Ini
Baca Juga: Hasil Studi: Olahgara Dapat Mencegah Menumpuknya Lemak di Organ Hati
Perilaku menetap dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan dapat menurunkan fungsi kardiovaskular. Pada orang dengan resistensi insulin, sel-sel tubuh kehilangan kemampuannya untuk merespons insulin dengan mengambil gula dari darah, yang menyebabkan kadar gula darah tinggi, dan terkadang, diabetes tipe 2.
"Yang masih kurang pasti adalah efek dari perilaku kurang gerak pada hati," kata Trenell.
Dikatakan bahwa saat ini, ada kekurangan obat yang disetujui untuk mengobati orang dengan NALFD. Jadi, perubahan gaya hidup adalah cara utama untuk mengobati penyakit ini, tulis Trenell. Secara umum, 150 menit olahraga sedang per minggu atau 10.000 langkah per hari dianggap sebagai aturan praktis yang baik untuk aktivitas fisik.
"Namun, literatur saat ini tidak dapat memberi tahu kami berapa banyak duduk yang terlalu banyak," tulis Trenell. "Kami hanya tahu bahwa lebih baik duduk lebih sedikit daripada duduk lebih banyak,” sambungnya.
Sekitar 19 persen orang Amerika memiliki NALFD, menurut sebuah studi tahun 2013 di American Journal of Epidemiology. Kondisi tersebut dapat menyebabkan pembengkakan dan jaringan parut pada hati, menurut American Liver Foundation.