Kurangnya catatan sejarah dari Providence bukan satu-satunya alasan mengapa mengkarakterisasi keragaman genetik sukun di Karibia menjadi tantangan. Ada beberapa tantangan genetik. Pertama, pohon sukun tanpa biji bersifat triploid. Dengan kata lain, mereka memiliki tiga salinan kromosom, bukan dua (diploid), yang lebih umum. Tidak banyak alat genetik yang dirancang untuk menganalisis triploid, dibandingkan dengan diploid. Pohon sukun triploid juga tidak dapat bereproduksi secara seksual dan hanya dapat bertahan hidup jika manusia memperbanyaknya secara klon.
Namun, selama ribuan tahun perbanyakan klon, variasi masih dapat muncul karena mutasi somatik, yaitu mutasi pada sel non-reproduksi pohon.
Mutasi apa pun yang memunculkan perubahan bisa sangat kecil dan sulit ditentukan secara genetik. Meskipun demikian, semua kultivar sukun tanpa biji sangat mirip, sehingga sulit untuk mengkarakterisasi kultivar yang berbeda secara genetik.
Baca Juga: Mitos Segitiga Bermuda adalah Kebohongan yang Dibuat Media Massa
Baca Juga: Dunia Hewan: Hiu Laut Dalam Arktika nan Misterius Ditemukan di Karibia
Baca Juga: Peradaban Karibia Kuno yang Hilang Musnah Sebelum Kedatangan Eropa
Baca Juga: Tiga Hal yang Salah Tentang Pelayaran Christopher Columbus ke Amerika
Terakhir, baik di dalam maupun di seluruh kelompok pulau di Pasifik dan Karibia, orang menggunakan banyak nama berbeda untuk kultivar yang terkadang tampak sama. Ini menambah kebingungan ketika mengkarakterisasi keragaman.
Untuk mengatasi tantangan ini, para peneliti menggunakan berbagai alat. Mereka mengintegrasikan pengetahuan lokal dengan dokumen dan spesimen sejarah, data morfologi (pengamatan tentang ukuran, bentuk dan tekstur buah) serta pengurutan genom yang ditargetkan.
"Ini adalah proyek yang menarik," kata Diane Ragone, direktur emeritus Institut Sukun di Kebun Raya Tropis Nasional di Hawaii, rekan penulis studi dan mantan penasihat Zerega. “Melalui penelitian laboratorium, herbarium dan perpustakaan serta kerja lapangan di Tahiti dan Karibia juga dengan mempelajari pohon sukun yang dilestarikan di Taman Botani Tropis Nasional di Hawaii, tiga generasi ilmuwan wanita mampu memberikan jawaban atas misteri berusia berabad-abad: ‘Varietas mana sukun yang diperkenalkan Kapten Bligh ke Karibia?'"
"Kami mengidentifikasi lima garis keturunan genetik di Karibia, yang cocok dengan apa yang kami temukan di beberapa teks sejarah," kata Audi. "Sangat menarik untuk membongkar sejarah ini dan mencirikan keanekaragaman sukun di Karibia secara genomik untuk pertama kalinya."
Meskipun tanaman pokok lainnya kesulitan dalam kondisi panas, para peneliti memperkirakan bahwa perubahan kondisi akan berdampak lebih kecil pada sukun. Itu berarti, sukun bisa memainkan peran penting dalam memerangi kelaparan yang didorong oleh iklim.