Plankton Laut Menceritakan Kisah Panjang Kesehatan Laut dan Manusia

By Wawan Setiawan, Rabu, 11 Januari 2023 | 10:00 WIB
Isi satu celup jaring tangan, diambil tahun 2006 oleh para peneliti di Samudra Pasifik. Gambar fotografi mengandung beragam organisme planktonik, mulai dari cyanobacteria fotosintesis dan diatom hingga berbagai jenis zooplankton, dari telur hingga larva hingga dewasa. (Wikimedia Commons)

Baca Juga: Memahami Gelombang Panas Tersembunyi yang Mengancam Terumbu Karang

Baca Juga: Fosil Hewan Laut di Maroko, Laut Ordovisium Awal Dikuasai Arthropoda 

Sampel yang paling tercemar diambil dari daerah dekat pantai yang paling dekat dengan aktivitas manusia dan tunduk pada fenomena seperti limpasan terestrial dan akuakultur. Di tempat-tempat ini, ada tingkat yang lebih tinggi dan lebih banyak bahan kimia berbeda yang ditemukan di taksa plankton yang hidup di lingkungan dekat pantai tersebut.

"Studi lanjutan oleh ahli epidemiologi dan ahli ekologi laut diperlukan untuk menguji apakah dan bagaimana paparan plankton berkorelasi dengan tren medis penting pada populasi manusia terdekat seperti kematian bayi, autisme, asma, diabetes, dan demensia," kata Naviaux.

Dalam studi plankton laut, Naviaux dan rekan penulis menemukan bahwa zat perfluoroalkyl (bahan kimia yang biasa digunakan untuk meningkatkan ketahanan air dalam berbagai produk sehari-hari, mulai dari pengemasan hingga pakaian hingga peralatan masak) menonjol dalam paparan plankton.

"Plankton merespons bahan kimia dalam paparan mereka, sebagian dengan perubahan mitokondria mereka sendiri yang mengubah biologi mereka," kata Naviaux, "dan demikian juga, menurut saya, adalah manusia. Harapan saya bahwa penggunaan metode kami oleh kelompok penelitian di seluruh dunia akan memperkuat hubungan antara kesehatan ekosistem dan kesehatan manusia. Dan menyediakan alat baru untuk memantau bagaimana jejak kimia manusia telah berubah selama satu abad terakhir.”